Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Memahami Peluang Usaha Melalui Bisnis Digital

Diperbarui: 15 April 2019   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moch Ainur Rifki (kedua dari kiri), Pitua Siallagan (ketiga dari kiri) / dok.pribadi 

Karena kesibukan satu dan lain hal, frekuensi untuk menghadiri acara-acara nangkring agak berkurang. Tetapi, ketika ada undangan untuk komunitas Ketapels, rasanya agak sulit untuk menolaknya. Apalagi tema acara cukup menarik, yaitu Investment in Digital Business yang diselenggarakan 30 Maret 2019 lalu di Best Western Premiere The Hive, Jakarta Timur.

Dalam undangan yang saya terima, turut hadir juga pembicara Moch Ainur Rifki (Head of VCBL Kompas Gramedia) dan Pitua Siallagan (VP Head of Agency Recruitment Training and Development of Manulife Indonesia.

Acara ini ternyata merupakan rangkaian acara KURSOR (Kumpul Bareng Komunitas Sore-Sore) yang merupakan program baru di tahun 2019. Sepengetahuan saya, acara ini merupakan acara yang kedua. Acara ini sedianya diselenggarakan setiap bulan sekali.

Pembicara pertama menurut saya sangat menarik.  Mas Rifki sangat paham tentang digital marketing dan memulai pembicaraannya dengan cerita pengalaman sahabatnya yang sukses berjualan lewat sosial media.

Touchpoint dalam bisnis ada sekitar 24, 19 diantaranya melalui digital / dok.pribadi

Menurutnya, sosial media merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan sebuah produk yang cukup jitu. Terbukti, hingga kini teman mas Rifki bisa bertahan dan mengembangkan usaha kulinernya lewat digital marketing.

Dalam presentasinya, ia memaparkan bahwa saat ini konsumen bisa berbelanja karena banyak dipengaruhi banyak hal dan melalui beberapa pintu. Contohnya seperti karena melihat makanan di Instagram menggiurkan, tertarik, kemudian mencari tahu informasi, dan kemudian membelinya.

Nah, pintu-pintu marketing itu jika ditelusuri ternyata ada sekitar 24 pintu, 19 pintu di antaranya melalui sarana digital. Tak heran jika sekarang cukup banyak iklan digital berseliweran di sosial media seperti Facebook bahkan merambah hingga ke Youtube.

Mas Rifki memberikan beberapa tips bahwa untuk sosial media saja punya perlakuan yang berbeda satu sama lain. Jadi, untuk mencari tahu mana yang paling efektif memang harus dicoba dilakukan eksperimen di semua kanal yang ada.

Lain lagi dengan yang disampaikan dengan bang Pitua tentang asuransi jiwa. Menurutnya saat ini dunia digital juga mengubah pola marketing industri asuransi. Tetapi, konsumen tetap membutuhkan seorang agen asuransi tuturnya.

Bang Pitua memberikan penjelasan tentang proteksi jiwa. Menurutnya asuransi tidak memproteksi jiwa seseorang tetapi memproteksi nilai ekonomis seseorang. Itulah mengapa asuransi jiwa menghargai nilai ekonomis seseorang agar orang yang ditinggalkannya bisa tetap melanjutkan kehidupan dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline