Jokowi akhirnya menjawab keraguan banyak orang. Pada saat debat capres putaran pertama 17 Januari 2019 silam, Jokowi seolah jadi bahan olok-olok karena dianggap terlalu berpaku pada kisi-kisi.
BPN juga dengan cerdik memutarbalikkan fakta seolah yang meminta kisi-kisi debat adalah pihak TKN. Padahal, hal ini sudah dibantah oleh TKN. Kisi-kisi tersebut adalah kesepakatan bersama antara BPN dan TKN.
Ibarat ular, meski sudah dipelihara dan disayang-sayang tetap saja akan mematuk juga. Itulah yang akhirnya terjadi. Digambarkanlah seolah-olah Jokowi tak mampu berdebat tanpa ada kisi-kisi.
Barulah pada saat debat capres putaran kedua tanggal 17 Februari 2019 silam terungkap sudah siapa yang sebetulnya bermulut besar. Berkoar-koar seolah-olah paling mengerti permasalahan dan bisa lancar berdebat tanpa adanya kisi-kisi.
Efektifkah serangan Jokowi?
Walhasil justru Jokowi lagi-lagi mencuri panggung debat capres putaran kedua. Serangan-serangan Jokowi sampai membuat BPN kewalahan dan melakukan protes keras. Gagasan Macan Asia pun dipertanyakan oleh berbagai kalangan termasuk generasi milenial.
BPN pun seperti menjilat ludahnya sendiri. Inginnya mereka mengasosiasikan bahwa Prabowo bukan sosok yang arogan tapi santun dengan cara tidak menyerang Jokowi. Tapi ketika diserang soal tanah ribuan hektar, malah BPN yang meradang.
Justru inilah sesat pikir BPN. Santun itu tidak bisa direkayasa. Santun itu ada dalam diri dan tercermin dalam tindakannya.
Contoh, saat Jokowi menjenguk ustaz Arifin Ilham yang tengah sakit, Jokowi merendahkan dirinya dengan menghormati sang ustaz tanpa berpikir bahwa ia adalah pendukung Prabowo.
Inilah wujud sikap santun seorang Jokowi. Bahkan mungkin Jokowi tidak menghiraukan jika sang ustaz pernah menjelek-jelekan dirinya seperti dugaan warganet selama ini.
Tutupi kedok arogansi dengan sikap santun di permukaan
Ajang debat bukan saat yang tepat untuk membungkus kepalsuan. Justru di situlah momen paling tepat untuk menunjukkan karakter yang sebenarnya.
Tak perlu pusing-pusing dengan filosofi perang ala Sun Tzu yang mengatakan bahwa pertahanan terbaik adalah menyerang.