Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Saatnya Bukalapak Bebenah

Diperbarui: 16 Februari 2019   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaky dan Jokowi / Foto Tribun

Saya merasa kasihan juga dengan "drama" yang terjadi pada Bukalapak. Itu juga yang membuat kita terpolarisasi lagi dengan tagar #uninstallbukalapak. Tagar ini dijadikan bahan pertarungan bagi cebong army dan kampret army di sosial media.

Satu sisi bahwa Achmad Zaky melakukan blunder memang benar. Pemilihan diksi yang kurang tepat bagi seorang CEO, justru bisa membuat heboh jagat maya.

Namun demikian, saya melihat bahwa ada upaya Achmad Zaky untuk memperbaiki dan meluruskan apa yang sudah dicuitkannya. Terlepas dari pro dan kontra, sebagai warga Indonesia tentu saya amat bangga dengan hadirnya Bukalapak. 

Tidak mudah bertarung dalam dunia digital, beberapa bertarung sampah berdarah-darah hingga akhirnya tutup.

Sebaliknya, kondisi ini juga semestinya dimanfaatkan oleh Bukalapak untuk membenahi internalnya. Caranya dengan merekam semua keluhan yang ada dan dicari solusinya. Saya yakin anak-anak product Bukalapak bukan anak kemarin sore apalagi menutup mata dengan inovasi yang dilakukan oleh kompetitor.

Konsumen yang menumpahkan kemarahannya gara-gara tagar #uninstallbukalapak mungkin saja tidak jujur dalam berkomentar, tapi justru data-data tersebut bisa menjadi masukan untuk mengembangkan produk Bukalapak ke depan.

Jujur saya sendiri sempat terseret dalam banner lucu-lucuan "LupaBapak" yang kemudian saya unggah di akun Facebook saya. Tapi, lambat laun justru tagar #uninstallbukalapak sudah tidak lucu lagi. 

Pasalnya mereka membuat rating aplikasi Bukalapak di Playstore menjadi berbanding terbalik dengan sebelumnya. Jadi, saya rasa kekecewaan terhadap cuitan bos Bukalapak cukup hanya sampai unggahan tagar saja, dan tidak lebih dari itu.

Apapun yang terjadi memang itulah konsekuensi yang harus diterima oleh Achmad Zaky dan Bukalapak.

Bagi saya krisis yang terjadi karena kesalahan diksi seperti ini bisa jadi pelajaran bagi para CEO startup untuk berhati-hati ketika menyimpulkan data apalagi dikaitkan dengan pemerintah. Cuitan Zaky mungkin akan ditanggapi berbeda jika diunggah pada tahun yang sama, 2016. Seperti data R&D yang dikutipnya.

Ibarat kata, cuitan Zaky yang salah waktu saja. Padahal jika cuitan itu dilakukan beberapa tahun sebelumnya mungkin akan ditanggapi berbeda bahkan malah tidak akan ada respon sama sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline