Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Fadli Zon dan Kebiasaan Mengolok-olok Bangsa

Diperbarui: 11 Februari 2019   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fadli Zon (dok twitter Fadli Zon)

Kebiasaan mengolok-ngolok mungkin sepele. Tetapi, tahukah Anda bahwa kebiasaan mengolok orang lain yang dikenal ataupun yang tidak dikenal justru bisa menjadi beban yang ditanggung seumur hidup oleh para korbannya?

Luka batin tak mudah untuk disembuhkan. Pada akhirnya itulah yang kita sebut dengan bullying. Jika dilakukan di sosial media secara sederhana kita sebut cyberbullying.

Cyberbullying saat ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi para pengguna medsos dan efeknya makin meresahkan. Dampaknya tidak berbeda dengan bullying yg dilakukan secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Menurut survei, 100 remaja di Inggris merasa bullying lebih mudah dilakukan secara online dengan menggunakan akun palsu karena sulit terdeteksi. Hal itu pula yang terjadi di negara kita. Banyak orang yang sengaja membuat akun palsu untuk membully orang lain.

Yang membuat kita mengurut dada karena 20 persen korbannya sampai berpikir mau melakukan bunuh diri. Betapa mengerikannya dampak yang diakibatkan oleh bullying.

Korbannya bisa dari berbagai kalangan. Dari kalangan papan atas seperti apa yang dialami oleh Dian Nitami, sampai dengan kalangan bawah.

Efeknya tentu korban akan merasa dipermalukan, dilecehkan dan juga dihinakan. Jika korban tidak bisa menghadapi dengan mental baja, justru akan berujung pada depresi bahkan menghilangkan nyawa dengan sengaja.

Maka, saya sangat salut kepada beberapa penyintas bullying yang dirundung kesedihan hingga bertahun-tahun. Mereka justru bangkit dan semakin kuat, namun bukan berarti luka bati mereka bisa sembuh dengan mudah.  Sisanya memilih untuk mengakhiri hidup dengan tragis.

Cyberbullying bisa dalam bentuk yang bermacam-macam. Bisa dalam bentuk ujaran kebencian secara langsung, emoticon bahkan dengan kalimat-kalimat bersayap hingga dalam bentuk puisi.

Kebiasaan mengolok-ngolok ini bisa dilakukan secara individu atau dilakukan secara masif oleh kelompok untuk menyerang salah satu orang atau bahkan lembaga.

Tujuannya tentu bermacam-macam. Mulai dari tujuan merusak citra atau nama baik, merendahkan martabat orang lain hingga hilangnya kepercayaan masyarakat sampai dengan tujuan politis demi mematikan karakter personal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline