Cerita bahwa beberapa masjid di Bandung sudah dikuasai HTI bukan lagi menjadi rahasia umum apalagi partai yang sangat dekat dengan HTI berkuasa cukup lama di Jawa Barat selama 2 periode. Hal ini tentu saja menguatkan cerita-cerita tersebut bahwa memang beberapa masjid terutama Masjid-Masjid Agung diduga sudah dikuasai sejak lama oleh organisasi yang kini dilarang oleh pemerintah.
HTI dibubarkan karena dianggap mengancam demokrasi dan bertentangan dengan Pancasila serta UUD '45. Dalam beberapa rapat akbar, HTI menyuarakan gema Khilafah di video-video Youtube, beberapa pentolan dan tokoh-tokoh HTI secara terang benderang mengatakan bahwa Pancasila dan UUD '45 adalah berhala baru bagi umat. Dan itu dilakukan di jantung ibu kota, Jakarta.
HTI menguasai Masjid
"Penguasaan" masjid oleh orang-orang HTI tentu saja membuat kita khawatir dengan kegiatan yang mereka lakukan. Tidak menutup kemungkinan secara terselubung dan juga masif mempromosikan ideologi Khilafah kepada jamaah masjid tua dan muda.
Oleh karena itu pemerintah serta elemen masyarakat perlu diingatkan kembali untuk mewaspadai bahaya laten HTI yang disinyalir sudah menguasai beberapa masjid, termasuk masjid di beberapa kampus terkenal dan terkemuka di tanah air. Bisa jadi bukan hanya di Kota Bandung saja, mungkin sudah lama menjaring beberapa masjid di kota-kota besar yang punya basis HTI paling banyak di tanah air.
Kita saksikan sendiri beberapa orang yang sudah cinta mati dengan ideologi khilafah berasal dari berbagai latar belakang termasuk para ASN, dosen, mahasiswa, guru, dan beberapa orang-orang terdidik yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya bahwa mereka bisa berada dalam organisasi radikal yang mengancam kedaulatan NKRI.
HTI dikenal militan dekati tokoh pengajian
Saya jadi ingat sebuah kisah yang langsung dialami oleh ibu saya sendiri. Kebetulan Ibu saya adalah seorang pendakwah di tengah-tengah ibu-ibu pengajian di beberapa kampung di kota Bandung. Jaringannya cukup luas karena beberapa pengajian ini sudah diwariskan secara turun temurun dan diikuti oleh berapa generasi.
Ibu bercerita bahwa selama hampir lebih dari 10 tahun didekati oleh seorang kader HTI. Ia mengajak Ibu untuk bergabung langsung dalam organisasi mereka. Entah apa yang ditawarkan tetapi biasanya Ibu kerap kali didatangi secara rutin setiap menjelang pemilihan umum terutama pada masa masa kampanye.
Kader HTI itu paham betul bahwa jaringan yang sudah dibina secara turun temurun dari nenek buyut, nenek, kemudian kini dilanjutkan oleh ibu cukup kuat. Pengajian tersebut memang termasuk salah satu yang diincar oleh organisasi mereka. Pasalnya dengan memanfaatkan jaringan ini, otomatis mereka bisa mendulang suara dalam pemilu. Sudah jelas suaranya akan diarahkan ke mana!
Untunglah Ibu saya bukan orang yang baru kemarin sore mengenal agama. Apalagi Ibu memang berkecimpung di dalam bidang dakwah yang paham betul organisasi macam HTI.
Ibu tidak pernah menampik atau menolak kedatangan mereka dan bersilaturahmi. Ibu pun mengakui bahwa kader-kader organisasi ini sangat tangguh dan militan. Mereka menjaring orang yang potensial sehingga dapat membuat organisasinya semakin besar serta memiliki kekuatan di akar rumput. Salah satu targetnya ya ibu saya sendiri.
Selama 10 tahun itu pula Ibu tidak pernah memberikan sedikitpun celah ataupun menerima ajakan mereka. Penolakan tersebut justru makin membuat mereka penasaran. Biasanya tokoh lain akan dengan mudah berpindah haluan apalagi jika sudah diberikan berbagai bantuan.