Seminggu yang lalu kalian pasti pernah membaca sebuah berita tentang paus pilot yang mati karena menelan 80 kantong plastik di laut. Paus pilot tersebut terdampar di pesisir pantai, Songkhla Thailand.
Sebetulnya ketika ditemukan terdampar oleh beberapa relawan, paus pilot ini sempat diselamatkan dan sempat memuntahkan beberapa kantong plastik. Namun ternyata takdir berkata lain paus tersebut akhirnya mati dengan perut yang dipenuhi kantong plastik.
Menurut beberapa ahli, paus tersebut ternyata mengalami kekurangan nutrisi. Mungkin paus tersebut mengira bahwa kantung plastik yang mengambang di lautan itu sebagai makanannya seperti cumi-cumi, sotong dan sejenisnya.
Tahu sendiri kan, plastik termasuk salah satu sampah yang sulit terurai selama ratusan tahun. Tak ayal, gara-gara terlalu banyak memakan kantung plastik, akhirnya perut paus pilot ini seringkali mengalami efek kekenyangan halusinasi. Padahal tidak ada nutrisi dan energi yang dihasilkan dari plastik-plastik tersebut. Akhirnya paus tersebut sakit, tidak bisa berburu dan terdampar di perairan.
Setelah mati, kemudian beberapa peneliti mencoba mengotopsi isi perut paus tersebut. Hasilnya benar-benar mengejutkan. Di perut paus tersebut ditemukan 85 kantong plastik seberat 8 kilogram.
Masalah sampah plastik bukan hanya masalah Thailand saja tetapi juga masalah negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Indonesia memiliki target untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70% pada tahun 2025.
Itulah sebabnya Danone Aqua mengumumkan komitmennya untuk mempelopori upaya mengatasi sampah plastik dan mengundang seluruh masyarakat Indonesia untuk bergabung melakukan gerakan bijak plastik.
Ada tiga hal yang ingin dicapai oleh Danone Aqua yaitu:
Pertama Danone Aqua berkomitmen untuk mengumpulkan sampah plastik lebih banyak dari volume yang digunakan dari lingkungan di Indonesia pada tahun 2025.
Kedua, Danone Aqua berkomitmen memimpin kampanye nasional untuk edukasi daur ulang dan menggerakan program pengetahuan dalam daur ulang di 20 kota besar pada tahun 2020