Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Mengintip Dapur Para "Founder" Meracik "Startup"

Diperbarui: 27 April 2018   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Workshop Digipreneur (ki-ka Eko, Purwo Hartono, Razi Thalib, Irvan Yasni/istimewa)

"Banyak yang gagal dalam membangun startup. Jangan dipikir bahwa mendirikan startup itu mudah. Kalau kamu mau maju, kamu harus adaptable di dunia disrupsi digital saat ini. Kalau kamu mau kaya, kamu salah jalan dengan membangun startup" kata-kata itu diungkapkan seorang Founder lulusan Amerika Serikat yang kini mendirikan sekolah Coding di BSD City, Purwadhika. Foundernya bernama Purwo Hartono yang ikut hadir dalam acara "How to Be a Digipreneur?" di UNIKA Atma Jaya BSD City, Tangerang Raya (26/04).

Purwa tidak sendirian memberikan pemahaman dan memberikan sedikit latar belakang mengapa dirinya kini terjun untuk mendirikan sekolah coding dihadapan ratusan mahasiswa Unika Atma Jaya BSD.

Salah satu founder setipe.com, Razi Thalib pun menceritakan latar belakangnya mengapa ia membangun setipe.com. Sepulang dari Australia, Razi melihat bahwa generasi muda di Indonesia kerap kali bermasalah dengan jomblo. Bahkan kata-kata jomblo kerap kali dijadikan lelucon tiada akhir.

Razi Thalib, founder setipe.com (dok.pribadi)

Razi melihat bahwa jomblo adalah masalah sosial yang perlu dicarikan solusinya. Itulah latar belakang mengapa ia dan timnya membangun setipe.com. Menurut Razi, membangun sebuah startup itu sama seperti membuka warung.

Namun kata Razi, bahwa inti startup itu menghubungkan orang lain. Misalnya salah satu contoh sederhana yang paling banyak digunakan saat ini adalah ojek online. Gojek atau Grab hadir di Indonesia untuk menghubungkan antara pengemudi dan juga penumpang. Adanya ojek online merupakan solusi untuk menghindari kemacetan di Jakarta, kata Razi.

Tidak berbeda dengan Facebook, tambah Razi. Facebook tidak membuat konten. Namun, dengan menghubungkan orang dari berbagai latar belakang dan dari tempat yang jauh berbeda, jutaan bahkan triliunan konten tercipta karena Facebook berhasil menghubungkan banyak orang dalam satu wadah yang sama.

Jadi kata Razi, jika kamu ingin membangun startup maka hal pertama yang harus kamu cari adalah temukan masalah yang ada di lingkungan kamu, dan cari solusinya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Peserta workshop Digipreneur (dok.pribadi)

Namun, Razi bercerita bahwa membangun setipe.com di Indonesia tidak mudah seperti menjodohkan orang di negara barat. Di Australia jika ada pasangan yang bertemu di kafe atau tempat lain dari latar belakang yang berbeda, sama sama suka, urusan selesai dan mereka bisa langsung berlanjut ke jenjang pernikahan.

Inilah tantangan yang dihadapi Razi di Indonesia. Urusan pernikahan di Indonesia bukan semata urusan dua orang saja tapi juga urusan dua keluarga. Kalau tidak cocok, dua keluarga bisa berantem, kata Razi.

Masalah sosial budaya inilah yang unik. Razi akhirnya bekerja keras dan berusaha untuk menyempurnakan algoritmanya sesuai dengan karakteristik sosial budaya dan latar belakang pasangan yang serius. Dengan cara itu sampai saat ini setipe.com sudah berhasil menjodohkan 304 pasangan dan berlanjut ke jenjang pernikahan.

Purwo Hartono, founder Sekolah Coding Purwadhika di BSD City (dok.pribadi)

Balik lagi ke  pak Purwo. Pak Purwo bilang bahwa peluang dalam dunia digital masih sangat besar. Kini banyak perusahaan berlomba-lomba untuk tidak tergerus dengan perkembangan zaman. Itulah salah satu alasan mengapa Purwo optimis mendirikan sekolah coding di Tangerang Raya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline