Waktu saya turing ke Sukabumi bersama beberapa kawan komunitas motor, ada hal yang menarik yang membuat saya merasa tersadar bahwa Xiaomi bukan lagi barang kelas dua. Soalnya kalau saya hitung-hitung, 8 dari 10 orang di kelompok kami hapenya mirip, ringtonenya sama dan tipenya juga rata-rata sama (kok jadi kayak udah pasaran gitu yak).
Waktu saya tanya ke salah satu orang teman saya yang juga berprofesi sebagai seorang driver ojek onlinedia menjawab dengan lugas.
"Enak sih bro, baterainya awet, fiturnya juga oke dan yang paling penting harganya lebih murah dari pada hape sejenis di kelasnya."
Bener juga sih apa kata teman saya. Nah, ngomong-ngomong soal Xiaomi yang udah dapat kepercayaan dari masyarakat, saya jadi inget Wuling Confero S di Pameran GIIAS 2017 tempo lalu di ICE BSD, Serpong.
Memang sih, sudah wajar dan biasa kalau merek dari Tiongkok itu dianggap murahan karena menggunakan barang yang kurang berkualitas. Tapi, ternyata Xiaomi mampu membuktikan dan mengubah stereotip itu serta menjawabnya dengan bukti. Praktis Xiaomi saat ini tinggal memetik hasilnya, mendapatkan bonus marketing mouth to mouth secara gratis karena kualitas produknya dan harganya yang lebih murah.
Saya melihat sisi yang sama yang diterapkan oleh Wuling Confero S meskipun dari sisi bisnis yang berbeda. Kalau ada yang bilang perbandingannya terlalu jauh, mari kita telisik lebih dalam.
Wuling dengan produknya Confero dan Confero S menawarkan apa yang ditawarkan oleh Xiaomi pada awal penetrasi pasar di Indonesia. Produknya dijual lebih murah dari harga kompetitor tapi tanpa mengurangi kualitasnya, bahkan malah menambah beberapa fitur yang belum ada atau tidak ada pada produk kompetitor.
Pertama, soal trustmasyarakat memang yang paling sulit. Tapi jangan salah kalau Xiaomi malah jadi raja di kampung halamannya sendiri setelah 4 tahun melakukan penjualan. Tak ada yang tak mungkin untuk menggeser "Raja" dalam bisnis.
Jika Xiaomi butuh waktu hingga empat tahun menjadi smartphone paling laris di Tiongkok, bisa jadi Wuling Confero S bisa mengungguli Avanza dan Xenia dalam waktu 5 tahun.
Sekali lagi trustmasyarakat itu bukan perkara mudah dan dalam tempo cepat bisa didapatkan. Dan sepertinya Wuling sadar bahwa yang dihadapinya ini raksasa yang menjadi "raja" untuk soal urusan after sales servicenya. Tak heran jika Wuling sepertinya juga mempersiapkan hal itu.
Kata salesnya, Wuling malah sudah membangun sekitar 50 diler di beberapa daerah di Indonesia. Ini membuktikan bahwa Wuling serius ingin menggusur "Raja" MPV di Indonesia. Sejarah hadirnya Wuling di Indonesia pun cukup unik. Soalnya Wuling resmi masuk ke Indonesia sejak tahun 2015. Dua tahun kemudian baru launchingproduk Confero S.