Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Keunikan "Mutiara Hitam" dari Timur

Diperbarui: 1 Januari 2017   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Tahun 2015 menjadi sejarah pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke bumi Papua. Melalalui jalur Makassar, saya berlayar selama tiga hari menuju Sorong bersama tim Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 yang diutus mewakili Kompasiana. 

Itu pula yang menjadikan saya pertama kalinya melintasi garis khatulistiwa pertama kalinya. Sungguh pengalaman luar biasa yang tak terlupakan bersama para Marinir TNI AL di KRI Banda Aceh 509.

Berkat perjalanan itu pula akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Raja Ampat, merasakan kelembutan pasir surgawi yang putih bersih dan indah. Tak ada kata-kata yang bisa saya ucapka saat tiba di Pantai Cemara, Raja Ampat, Papua.

Dokumentasi Pribadi

Tak heran jika Papua menjadi salah satu destinasi anti mainstream baik bagi wisatawan asing maupun wisatawan dalam negeri. Selain terkenal karena keindahannya, ongkos ke Papua juga tidak murah. Sehingga hanya segelintir orang saja yang bisa merasakan keindahan kepingan surga Indonesia.

Tapi, jangan senang dulu. Karena perjalanan menuju Wayag, Painemo dan beberapa pulau indah lainnya tidak semudah yang dibayangkan. Butuh waktu dan ongkos tambahan untuk bisa menjejaki pulau pulau indah itu. 

Namun saya tak lantas kecewa, saya malah bersyukur bisa menikmati keindahan bumi Papua.

Dokumentasi Pribadi

Sejak di pelabuhan Sorong, kami sudah disambut dengan tarian adat yang dibawakan oleh pelajar pelajar. Budaya inilah yang bisa dikenalkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki keragaman budaya yang masih terpelihara. 

Selain keanekaragamannya, Papua memiliki hasil bumi yang memiliki banyak manfaat. Batu saja bisa punya nilai tinggi. Pada tahun 2015 boleh dibilang berada di penghujung popularitas batu pancawarna. Dan Pancawarna Papua inilah yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Tak heran jika banyak penjual dari Jawa dan Sulawesi yang rela terbang jauh-jauh ke Sorong dan Raja Ampat demi mendapatkan Pancawarna.

Keunikannya pancawarna Papua memiliki warna gradasi yang cantik dan tidak dimiliki batuan lainnya jika dibandingkan dari berbagai daerah di Indonesia.

Dokumentasi Pribadi

Senyum anak-anak Papua inilah yang membuat saya terenyuh sekaligus haru. Masa depan Papua ada di tangan mereka semua. Benar jika Papua masih tertinggal. Namun tidak boleh dijadikan alasan bahwa Papua tidak bisa lebih maju.

Benar mungkin pemerintah kurang peduli, namun niat baik Jokowi untuk menyeragamkan harga BBM hingga Papua sudah menjadi langkah postif bahwa Peperintah memerhatikan bagian dari Indonesia di sebelah Timur ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline