[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Teacherpreneur (dok.bigthink.com)"][/caption] Kesejahteraan guru sebetulnya masih menjadi sorotan. Meskipun ada perbaikan namun dirasa belum cukup merata. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan guru, pemerintah menjalankan program sertifikasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Disamping itu diharapkan kesejahteraan guru juga semakin membaik. Namun, tidak sedikit juga yang belum bisa menikmati sertifikasi karena kendala persyaratan dan berbagai hal lainnya. Sementara itu saya sangat tertarik dengan komentar Wakapolri Komjen Nanan Sukarna yang mengatakan bahwa anggotanya melakukan korupsi karena gaji yang terbilang kecil. Besar kecilnya gaji memang sangat relatif. Tergantung yang menerima dan memanfaatkannya. Jika dibilang kecil sebetulnya masih banyak profesi lain yang memiliki gaji kecil namun tetap berusaha mencari jalan lain dalam mencari rezeki yang halal. Bukan malah membenarkan korupsi dengan dalih gaji kecil. Salah satu profesi yang berpenghasilan kecil adalah guru. Meskipun tidak sedikit juga guru yang memiliki gaji lumayan bahkan setingkat dengan gaji "resmi" seorang Jendral Polisi. Namun, jumlahnya masih lebih sedikit dan hanya terkonsentrasi di sekolah-sekolah Internasional dan sekolah-sekolah di kota-kota besar saja. Beberapa bahkan bukan guru asal Indonesia. Tak sedikit guru-guru dari luar negeri yang justru merasakan nikmatnya mengajar di Indonesia. Lalu bagaimana mereka yang masih memiliki gaji kecil mencari tambahan hidup? Beberapa yang masih dilakukan adalah memberikan les privat atau mengajar di bimbingan belajar. Cara ini masih cukup banyak dipilih sebagian besar guru karena hasilnya lebih jelas tiap bulan. Yang cukup bergengsi tentu saja menjadi penulis buku. Dengan menjadi penulis buku rezeki sudah dijamin masuk tiap awal tahun dari hasil royalti penjualan buku pelajaran. Dari hasil tersebut, guru sudah tidak pusing lagi dengan urusan dapur satu tahun kedepan. Sehingga guru bisa lebih berkonsentrasi mengajar dan mengupdate buku-buku pelajarannya. Ada juga yang bewirausaha. Bahkan ada guru yang nyambi jadi juragan lapak barang bekas. Malahan hasil dari lapak barang bekas lebih menghasilkan. Disaat yang lain belum memiliki mobil, guru juragan lapak bekas ini sudah memiliki tunggangan mobil. Disaat yang lain baru sertifikasi, guru ini sudah memiliki usaha lain. Tapi tetap jiwanya adalah jiwa seorang guru yang tidak bisa lepas dari panggilannya sebagai guru yaitu mengajar. Ada juga guru yang berjualan nasi goreng saat malam hari. Usai sekolah, guru pedagang nasi goreng ini istirahat sebentar lalu kemudian bersiap menggelar dagangannya. Segala urusan belanja kebutuhan dagang sudah dipersiapkan sejak pagi oleh istrinya atau oleh kerabatnya yang ikut membantu. Sementara profesinya sebagai guru tetap tidak ditinggalkan. Guru bisa juga menambah penghasilan sebagai koki nasi goreng. Tak jarang ada yang sukses hingga bisa membeli rumah bahkan kendaraan dari usaha nasi goreng. Nah, yang terakhir dan mulai marak adalah guru ngeblog atau guru blogger. Ternyata saya perhatikan ada beberapa guru yang rajin ikut kontes ngeblog. Dia menyalurkan hobi menulisnya dengan mencari tambahan penghasilan dari lomba menulis. Suka tidak suka, mau tidak mau memang harus diakui bahwa hadiah hasil kontes blog bisa membantu dapur agar tetap ngebul. Modalnya adalah modem dan berlangganan layanan internet. Bisa pasca bayar atau prabayar. Tergantung kemampuan sang guru. Tak jarang ada juga yang rajin menghadiri undangan dari perusahaan atau event yang mengundang para blogger. Selain bersilaturrahmi dengan para blogger bisa sekalian ikutan kuis dan mendapatkan door prize. Tak jarang guru-guru yang gemar ngeblog akhirnya di undang menjadi pembicara di beberapa pelatihan, blogshop, workshop atau seminar. Semua berasal dari hobi. Hobi yang menguntungkan. Hobi menulis, hobi mengumpulkan barang bekas atau hobi memasak ternyata bisa bermanfaat untuk menambah penghasilan para guru meskipun kadang memang tidak menentu. Tapi saya yakin mereka sangat bahagia dengan kehidupan halal seperti itu. Rezeki yang didapat biarpun sedikit insya alloh berkah. Nah, pak polisi mungkin bisa lebih kreatif lagi mensiasati kehidupan. Jangan menyerah dan pasrah lalu membenarkan korupsi sebagai solusi akhir. Sungguh pikiran yang sangat picik dan menyesatkan. Salam Hangat http://dzulfikaralala.wordpress.com Follow @gurubimbel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H