[caption id="" align="aligncenter" width="428" caption="dok.pribadi"][/caption] Saat mudik lalu saya mengalami penurunan daya tahan tubuh. Pasalnya saya tidak melakukan persiapan fisik yang cukup ketika harus mengemudi hampir sejauh 1000 km dari Bandung menuju Bali. Seharusnya saya melakukan olahraga yang cukup minimal sepekan sebelum keberangkatan. Namun karena kesibukan kantor akhirnya saya hanya menyempatkan waktu untuk olahraga kecil dan jogging di sore hari menjelang buka puasa. Saat berangkat dari Bandung, stamina tubuh ternyata mengalami penurunan saat sudah mencapai daerah Gombong, Jawa Tengah. Sempat pulih setelah istirahat selama lima jam di Jogja dan kemudian saya benar-benar merasa fit setelah di kerok oleh istri saya di Masjid Agung daerah Gempol, Jawa Timur. Di tanah kelahiran ayah saya di Situbondo, Jawa Timur hampir setiap hari tanpa kegiatan. Mulai dari silaturrahmi hingga tamasya. Alhamdulillah selama di Situbondo hingga ke Bali kesehatan saya cukup terjaga. Justru ketika akan pulang ke Bandung kesehatan saya mulai terganggu kembali. Penyakitnya mungkin sepele namun sebagai pengemudi hal tersebut jelas sangat menganggu. Pilek dan bersin-bersin. Akhirnya ayah saya memutuskan untuk mencari seorang tukang pijat. Dahulu saat saya masih anak-anak, ayah saya kerap membawa saya ke tukang pijit. Saat ini tukang pijit tersebut sudah tiada. Kini tukang pijit yang kami datangi adalah salah satu anaknya. Konon ilmu pijat Madura ini diberikan secara turun temurun. Contohnya bapak yang memijat saya kali ini tadinya adalah seorang petani selama hampir 26 tahun lamanya. Setelah kakaknya meninggal yang juga ilmunya diturunkan dari sang Ibu akhirnya ilmu tersebut turun kepadanya. Cukup masuk akal juga. Selama 26 tahun menjadi buruh tani justru mendapatkan warisan berupa ilmu pijat Madura. Ilmu pijat tersebut memang cukup mujarab. Saya tidak perlu melepaskan pakaian dan tidak memerlukan minyak gosok. Bapak ini hanya memijat dan melancarkan aliran darah. Berkat izin-Nya melalui bapak ini alhamdulillah saya merasa segar. Pandangan menjadi "cling". Menurut bapak ini saya memiliki potensi asam urat. Karena beberapa penumpukan dan penyumbatan aliran darah berada di betis sebelah kanan. Sudah sejak lama memang tanda-tandanya terjadi. Sering kali saya tidak dapat duduk bersila dalam waktu yang sangat lama. Saya mudah sekali mengalami kesemutan. Kesemutan seperti itulah yang seharusnya diwaspadai sebagai penyumbatan dalam aliran darah. Pasiennya datang dari berbagai penjuru desa dan kota. Bahkan ada beberapa anggota TNI yang menjadi langganannya. Setiap kali anggota TNI itu datang rumahnya bak seperti "penggerebekan teroris". Karena saking ramainya penduduk yang berbondong-bondong datang melihat. Maka bapak pemijat ini menyarankan agar anggota TNI tersebut tidak datang dengan cara yang sangat menarik perhatian masyarakat. Di tempat saya di Tangerang Selatan terus terang belum ada tukang pijat madura sepertinya. Yang ada hanyalah tukang pijat yang menghilangkan pegal-pegal. Yang saya ketahui ada tukang pijat yang cukup terkenal di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Tukang pijat tersebut bisa menangani masalah syaraf terjepit. Tukang pijat menjadi salah satu alternatif bagi pengobatan tradisonal. Terkadang penyakit memang lebih banyak ditimbulkan karena peredaran darah yang tidak lancar. Rutinitas pijat tidak baik juga jika terlalu sering dilakukan. Semua harus dilakukan tidak secara berlebihan. Saya sendiri paling banyak hanya satu bulan sekali di pijat. Nah, anda tertarik dengan pijat Madura? Salam hangat http://gurubimbel.tumblr.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H