Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Sarjana Kijang Innova

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Kamu punya duit gak buat kuliah?" tanya bapakku.

"Yah pak, duit dari mana? Makan aja kita masih susah!" Jawabku.

"Lah itu kamu tahu, bapak udah gak punya duit le buat kuliahin kamu. Mending kamu cari kerja aja bantu-bantu bapak di Pasar"

Percakapan itu rasanya bikin hati ini eneg banget. Abis lulus sekolah capek-capek ikutan UN segala, eh giliran buat kuliah gak punya duit. Kalo mau jujur, anak miskin di sekolahku itu juga banyak. Ada beberapa diantaranya yang pinter-pinter. Yah tapi kayaknya setelah mereka lulus sekolah paling-paling kerja jadi SPG, montir. Paling keren ya dilamar juragan ojek.

Bapakku emang cuma pedangang kecil di pasar. Penghasilannya tak tentu. Kadang itu juga di palakin sama preman pasar yang tatoan dan berseragam. Belum lagi aksi dukun-dukun tengik kiriman kompetitor yang bikin dagangan bapakku rada seret.

Kayaknya mimpi kuliah itu harus ku tahan sampe ubun-ubun aja deh. Apalagi kalo sampe ngimpi bisa kuliah di kampus favorit, ah jangan sampe deh. Gak kebayang berapa banyak biaya yang harus di tanggung.

Kemaren kebeneran banget salah seorang guru di sekolah nerangin tentang biaya kuliah di ITB. Kebetulan dia punya beberapa teman juga yang pernah kuliah di ITB. Banyak yang udah sukses di perusahaan nasional dan multi level nasional. Eh kok kayak MLM sih ihhihih. Kurang lebih gini lah ceritanya tentang berapa banyak biaya yang harus ku tanggung.

"ITB saja harus nombok biaya operasional sebesar 75 persen dari SPP mahasiswa. Sisanya yang 25 persen didapatkan dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang berasal dari sumbangan orang tua mahasiswa juga."

"Lah ini sumbernya mahasiswa dan orang tua semua dong kalo gitu?" tanyaku memburu.

"Dana subsidi dari pemerintah katanya cuma cukup buat bayar listrik! Jadi orang miskin gak usah banyak protes! PAHAM!" jawabnya rada kesel.

"OMG, kok segitunya sih!" balasku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline