Lihat ke Halaman Asli

Dzulfikar

TERVERIFIKASI

Content Creator

Belanja Lebaran Sebelum Ramadhan Part 2

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_166903" align="alignleft" width="240" caption="dok. pribadi-suasana lorong yang masih sepi"][/caption] Keasyikan belanja akhirnya saya lupa memotret semua kegiatan apa saja yang telah saya lakukan di Tenabang (13/06) kemarin. Lumayan membuat kaki pegal, tapi menyehatkan. Bagi sebagian kaum hawa mungkin belanja bukan sekedar hobi melainkan sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi. Kecuali dengan alasan darurat. Tetapi pengamatan saya rata-rata perempuan memang doyan belanja ya minimal window shopping lah. Alasan saya belanja lebih awal bukan hanya sekedar penghematan tetapi karena adik-adik saya dikampung pasti akan senang mendapatkannya di hari lebaran, maka lebih baik beli lebih awal jika tidak pas dengan ukuran dan modelnya masih memiliki tenggang waktu yang cukup lama untuk menukarkannya kembali dengen model yang masih banyak cukup tersedia. Bukan kah lebih cepat lebih baik? [caption id="attachment_166909" align="alignright" width="240" caption="dok.pribadi-mulai ramai"][/caption] Memulai perjalanan dengan melewati lorong-lorong lapak kaki lima, saya berhenti di sejenak di penjual sepatu. Sepatu adalah kebutuhan wajib bagi calon pelajar dan pelajar yang akan masuk di tahun ajaran baru. Cukup banyak yang menjual sepatu sekolah ala warior khas pelajar atau converse dengan gengsi yang cukup tinggi di atas warior. Hitam putih warna khas sepatu sekolah berbahan kain yang mudah basah dan mudah kering. Ada pula beberapa merek sepatu terkenal seperti kickers yang dijual dengan harga 30% dari harga aslinya. Tetapi kualitasnya dan kenyamanannya memang tidak seperti aslinya. Ya minimal bisa dipakai buat mejeng jika sedang main ke Mall atau sekedar nonton ke Bioskop. [caption id="attachment_166904" align="alignright" width="150" caption="dok.pribadi-memilih"][/caption] Termasuk saya yang senang belanja sepatu bermerek ala kaki lima. Pilihan saya jatuh pada kickers itupun setelah diberitahu isteri saya jika merek itu adalah merek terkenal. Maklum berasal dari kampung, sampai-sampai saya yang kampungan ini pun bingung dengan mahalnya harga sepatu karet bercap buaya yang harganya 3 kali lipat dari sepatu yang biasa saya beli. Paman saya yang kini sedang melanjutkan S3 saja bingung kenapa harga kopiah yang ditaruh dikepala harganya malahan lebih murah dibandingkan sepatu yang di-injak-injak. Itulah mode kadang sesuatu yang tidak masuk akal menjadi barang mahal. Jangan tanya jika belakangan ini alat dapur saja dijadikan bahan pakaian untuk ornamennya di salah satu pertunjukkan mode di Jepang. Mode Harajuku baru katanya. Menapaki lorong pertama membuat saya menjadi sedikit excited dengan melihat berbagai pakaian anak-anak. Lucu-lucu sekali, apalagi jika sudah dikenakan adik saya yang paling lucu. Pasti ia akan terlihat semakin manis. Memilih pakaian untuk adik-adik tercinta di kampung sebagai hadiah lebaran. Mungkin terasa kampungan namun bagi saya adalah sebagai sebuah kemewahan bisa membelikan pakaian di hari lebaran. Ada beberapa pilihan apakah hanya atasan atau lengkap dengan bawahan. Akhirnya dengan minimnya budget untuk adik-adik yang masih dibawah kelas 6 SD dibelikan lengkap atasan dan bawahan sedangkan yang sudah beranjak SMP cukup dibelikan atasannya saja. Toh mereka sudah bukan anak-anak lagi dan mereka ingin diperlakukan seperti orang dewasa. Mencari dan mencari akhirnya cocok dengan baju koko dengan padanan celana model pdl. Memang untuk lebaran tetapi celananya dipilih agar bisa di pakai harian untuk mensiasati menipisnya pakaian. Setelah tawar menawar dengan penjualnya beberapa gadis yang mengaku berasal dari Indramayu akhirnya disepakati Rp. 110.000 mendapatkan dua setel pakaian untuk anak seusia 7 tahun dan 4 tahun. Susah sekali memilih pakaian anak-anak karena mereka cepat beranjak dewasa dianjurkan untuk tidak memilih ukuran yang kecil tidak mengapa mendapatkan ukuran yang besar karena jika terlalu besar masih bisa dikecilkan tapi kalau terlalu kecil tidak bisa di perbesar kan. [caption id="attachment_166912" align="alignright" width="150" caption="dok.pribadi-sudah mau tutup "][/caption] Setelah mendapatkan dua pasang saya mulai hunting lagi mencari pakaian. Ada baju muslim atasan saja dijual dengan harga Rp. 25.000, baju wanita yang dengan beberapa bordiran menghisai. Saya memilih baju yang tidak terlalu ramai bordirannya cukup memilih yang simple agar terlihat menarik jika digunakan. Yaa tiga saja cukup 2 untuk kedua adik perempuan yang SMP dan 1 lainnya untuk yang SMA. Kalau yang SMP cukup mengambil yang berukuran s dan m sedangkan yang SMA karena badannya yang tinggi dan cukup berisi dipilihkanlah yang berukuran XL. Awalnya ingin mengambil yang L tetapi setelah dibandingkan sama saja. [caption id="attachment_166907" align="alignleft" width="150" caption="dok.pribadi-abang penjual asinan sayur"][/caption] Karena sudah mulai keroncongan akhirnya kami membeli nasi padang di rumah makan nasi padang yang sangat ramai di kunjungi pembeli dan terlihat cukup bersih tidak kotor, ya yang penting higienis dan murah. Dengan berbekal tiga bungkus nasi padang akhirnya kami naik menuju Food Court Tenabang Blok A. Dengan maksud bisa makan tenang dibawah tiupan AC yang semilir sejuknya sambil nonton siaran ulang Piala Dunia antara Argentina dan Nigeria. Setelah menyantap makan siang kamipun membeli es cendol dan asinan sayur. Uiihhh segar sekali setelah berjalan-jalan di lorong-lorong lapak kaki lima dan makan di Food Court dengan menu yang cukup sederhana tetapi nikmat. Dengan Rp.30.000 cukup membayar rasa lapar untuk 4 orang karena saya cukup makan sepiring berdua bersama isteri saya.....bukan so so an romantis. Setelah cukup beristirahat akhirnya kami turun sekaligus window shopping di toko-toko yang ber AC. Meskipun belanjaan sudah cukup tetapi sekedar memanjakan mata kami melihat-lihat barang-barang menarik yang belum tentu kami beli. Dan harganya pun fantastis, membuat jantung naik turun, belum lagi banyak yang dijual hanya kodian tidak bisa membeli satuan. Menarik dan menyenangkan belanja dengan harga yang masih cukup murah tetapi mendapatkan barang yang cukup bagus kualitasnya. Perbedaannya hanya pada tempat dimana pakaian.barang itu dijajakan. Bila membeli di lorong tentunya harganya murah dan masih bisa di tawar. Sedangkan dengan barang yang sama dan kualitas yang sama jika di jual di tempat ber AC tentu harganya lebih mahal karena harus bayar listrik AC nya dan efeknya harga barang tersebut tidak bisa ditawar lagi. Belanja kali ini menjadi pelajaran berharga karena jika dibandingkan tahun lalu belanja menjelang lebaran harus berdesak-desakan seolah harus bertarung nyawa untuk membahagiakan orang-orang tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline