Lihat ke Halaman Asli

Fika Fatiha

Beriman, Berilmu, Beramal

Merdeka Belajar, Merdekanya Para Pelajar

Diperbarui: 19 Mei 2023   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar

Pendidikan merupakan salah satu kunci sukses untuk melahirkan manusia berkualitas. Dunia pendidikan dalam suatu negara diatur dalam sistem pendidikan untuk menciptakan tercapainya tujuan yang di harapkan. 

Salah satu sistem pendidikan yang ada di Indonesia saat ini kita mengenalnya dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Dilansir dari gurubinar.id kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Dengan kurikulum ini maka pembelajaran akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya. 

Di kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013, Guru di tuntut untuk menuntaskan banyaknya kompetensi dasar yang harus sudah di selesaikan dalam jenjang waktu tertentu. Materi yang banyak di tambah waktu yang sedikit pada akhirnya hanya menciptakan suasana yang terburu-buru sehingga menghilangkan pemahaman dan esensi dari setiap materi itu sendiri. Hasil akhirnya adalah Guru menderita mengajar dan murid menderita belajar. 

Salah satu program favorit kurikulum merdeka belajar adalah tidak adanya tuntutan kepada Guru untuk menuntaskan kompetensi dasar sesuai dengan waktu yang di tentukan sehingga peserta didik berfokus kepada pemahaman kompetensi dan pemberdayaan materi. Guru memprioritaskan untuk melihat kompetensi apa yang belum di kuasai oleh murid melalui asesmen diagnosis/formatif.

Di kurikulum merdeka belajar siswa di ajak untuk menguasai kompetensi, memberdayakan hasil belajar nya sehingga tidak perlu buru-buru di kejar deadline yang ada. Hal ini tentunya menjadi hal yang sangat relevan dan baik bagi siswa untuk memahami secara mendalam pelajaran yang di pelajari olehnya. Sehingga nantinya peserta didik akan di ajarkan untuk mengenali potensi dan persoalan di sekitar serta merumuskan, menguji dan memberikan solusi untuk berkontribusi kepada khalayak yang lebih luas. 

Di Kurikulum merdeka belajar, kelulusan belajar di tentukan oleh Guru yang mengajar, sehingga bila Guru yang menentukan hal tersebut maka penilaian menjadi objektif karena Guru lah yang mengetahui kemampuan setiap murid yang di ajarkan nya, terlebih Guru di dalam merdeka belajar juga di berikan tugas untuk mengajarkan materi sesuai dengan kemampuan murid menangkap pelajarannya, otomatis Guru dan Murid sama-sama saling di untungkan dalam mengajar dan belajar. 

Jika kita masih menggunakan kurikulum lama, ibaratnya seperti seorang anak yang mempelajari pelajaran matematika. Saat belajar matematika seorang anak akan di ajarkan untuk mengenal angka, lalu di ajarkan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian sampai Ke materi matematika lainnya.

Seorang murid tidak akan bisa melakukan pembagian jika tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan perkalian, seorang murid tidak akan bisa melakukan perkalian jika tidak tahu bagaimana cara penjumlahan.

Sama dengan pelajaran lainnya, seperti itulah salah satu hambatan bila kita masih menerapkan sistem pembelajaran berbasis menuntaskan kompetensi dasar tanpa benar-benar memahaminya secara mendalam. 

Bayangkan bila kita masih menggunakan kurikulum dengan syarat menuntaskan banyak kompetensi materi dengan jadwal yang sudah di tentukan, murid yang masih belum paham KD 1 tapi tiba-tiba Guru menerangkan KD 3 karena sudah sesuai jadwal maka murid tersebut akan mencap dirinya bodoh karena tidak memahami materi yang diberikan oleh Gurunya sampai akhir. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline