Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Tiongkok Nuklir

Diperbarui: 26 Februari 2018   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Minyak bumi, batu bara, dan gas alam adalah sumber energi utama dunia pada saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertambangan di dunia baik pertambangan minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Seperti yang kita ketahui bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. CIA, badan intelejen Amerika menyebutkan bahwa cadangan bahan bakar fosil dunia akan habis pada tahun 2088.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia memiliki cadangan minyak bumi dan batu bara yang cukup banyak namun bila tetap dieksploitasi tanpa memikirkan masa depan, cadangan minyak bumi Indonesia akan habis. Untuk mengatasi masalah ini Indonesia mulai menerapkan penggunaan energi alternatif. Salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi dan batu bara adalah nuklir.

Banyak orang yang berpendapat bahwa nuklir merupakan sumber energi yang sangat berbahaya. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Rendahnya pengetahuan tentang energi nuklir menyebabkan masyarakat Indonesia memiliki ketakutan tersendiri terhadap nuklir, padahal nuklir merupakan energi alternatif yang berlimpah dan tidak memiliki emisi berbahaya. 

Banyak orang yang masih meragukan kesiapan Indonesia dalam pemanfaatan energi nuklir. Pendapat ini boleh boleh saja karena negara Jepang dengan kemajuan teknologinya pernah mengalami kebocoran reactor dan menyebabkan satu kota di Jepang mati. Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi Republik Indonesia, Mohamad Nasir mengatakan bahwa Indonesia telah siap untuk mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia. Kesiapan Indonesia dalam pengembangan energy nuklir dibuktikan dengan adanya kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok dibidang sains.

Kerja sama di bidang sains, teknologi, dan inovasi (STI) antara Indonesia dan Tiongkok pada tanggal 27 November 2017 menghasilkan tiga MoU. Salah satunya adalah tetang laboratorium bersama reaktor gas pendingin bertekanan tinggi yang disebut laboratorium HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor). Pihak Indonesia dan pihak Tiongkok sepakat untuk mendirikan dan mengelola Laboratorium HTGR.

Selain itu Indonesia dan Tiongkok dapat meningkatkan pertukaran dan penelitian para peneliti. Dalam perjanjian ini Indonesia menunjuk Badan Tenaga Nuklir Nasional Indonesia (BATAN) sebagai institusi pelaksana, sementara Tiongkok menunjuk Institut Nuklir dan Teknologi Energi Terbarukan, Universitas Tsinghua sebagai institusi pelaksana. Untuk masalah pendanaan Indonesia dan Tiongkok sepakat bahwa Tiongkok akan mendanai tidak lebih dari 6 juta RMB atau sekitar 13 milyar rupiah yang akan digunakan untuk kepentingan Laboratorium HTGR.

Dengan adanya perjanjian kerja sama ini diharapkan Indonesia di masa yang akan datang dapat memanfaatkan dan mengelola energi nuklir. "Untuk nuklir, kita musti belajar dulu. Teknologi HTGR itu sebenarnya dari Jerman, China dan Jepang mempelajari dan ternyata China sekarang lebih maju, kita belajar sekarang dari mereka," ujar Nasir. Dengan penggunaan energi nuklir sebagai energi utama bukan hanya Indonesia yang mendapatkan keuntungan tapi seluruh dunia juga mendapatkan hasilnya. Tingkat polusi yang tinggi akibat emisi bahan bakar fosil dapat dikurangi dan mengurangi efek pemanasan global.

Sumber: 1 | 2 | 3 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline