Lihat ke Halaman Asli

Figur Brillian

Aktivis IMM

Menurunnya Regenerasi Kepemimpinan di FAI UMS

Diperbarui: 28 Desember 2024   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelantikan ORMAWA FAI UMS 2024

Akhir-akhir ini, regenerasi kepemimpinan di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (FAI UMS) menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan organisasi mahasiswa (Ormawa) sebagai wadah pembelajaran kepemimpinan dan pengembangan diri mahasiswa. Berbagai faktor diduga menjadi penyebab, termasuk hadirnya program-program dari pemerintah seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), magang, dan Kampus Mengajar. Program-program ini memberikan banyak manfaat, tetapi tampaknya turut berkontribusi pada penurunan minat mahasiswa untuk aktif di Ormawa.

Program MBKM yang dirancang untuk memberikan pengalaman belajar di luar kampus telah menjadi daya tarik besar bagi mahasiswa. Program ini menawarkan kesempatan berharga seperti magang di perusahaan terkemuka, terjun langsung ke masyarakat melalui pengabdian, dan mendapatkan pengakuan kredit akademik. Namun, dampaknya adalah mahasiswa lebih fokus pada peluang ini, yang sering kali dianggap lebih relevan dengan kebutuhan karier mereka dibandingkan aktivitas di Ormawa. Dalam konteks ini, Eko Prasetyo, penulis buku "Orang Miskin Dilarang Kuliah", pernah menyatakan, "Organisasi adalah tempat melatih keberanian dan kepekaan sosial, bukan sekadar rutinitas tanpa visi." Pernyataan ini mencerminkan kondisi Ormawa yang mungkin kehilangan daya tarik karena kurang inovasi.

Selain itu, masalah ini berkaitan dengan bagaimana Ormawa memposisikan diri sebagai agen perubahan. Sebagaimana dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, "Pendidikan adalah upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya." Jika Ormawa mampu menjadi bagian integral dari proses pendidikan ini, regenerasi kepemimpinan tentu akan berjalan lebih baik. Namun, Ormawa tampaknya kesulitan menyesuaikan diri dengan kebutuhan mahasiswa generasi baru yang cenderung lebih pragmatis dalam memilih aktivitas yang mendukung karier mereka.

Ormawa perlu merespons dengan menawarkan program-program yang tidak hanya menarik tetapi juga relevan. Sebagai contoh, kolaborasi antara Ormawa dengan program MBKM dapat menjadi solusi. Ormawa bisa menjadi fasilitator bagi mahasiswa untuk mengakses program-program pemerintah sekaligus memberikan pendampingan dalam pengembangan soft skills seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kerja tim. Dalam hal ini, pandangan Ki Hajar Dewantara, "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani," dapat menjadi pedoman bagi fakultas untuk mendukung revitalisasi Ormawa melalui pendanaan, pelatihan, atau fasilitasi kolaborasi dengan pihak eksternal.

Regenerasi kepemimpinan di FAI UMS bukanlah tugas yang mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Diperlukan sinergi antara mahasiswa, Ormawa, dan fakultas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan kepemimpinan. Seperti yang dikatakan oleh Anies Baswedan, "Pemimpin adalah mereka yang mampu menciptakan pemimpin baru, bukan hanya pengikut." Dengan pendekatan yang tepat, Ormawa dapat kembali menjadi wadah yang menarik dan relevan bagi mahasiswa, memastikan keberlanjutan kepemimpinan yang berkualitas di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline