Lihat ke Halaman Asli

figo sanjaya

Mahasiswa UNAIR

Nuklir sebagai Kunci Pemerataan Energi Listrik di Seluruh Wilayah Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2022   04:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

          Indonesia kaya akan sumber daya alam yang bisa menunjang kebutuhan energi listrik negara bahkan bisa mengekspor beberapa komoditas tersebut. Namun, dengan kekayaan sumber daya alam yang besar tidak menjamin bahwa seluruh wilayah Indonesia dapat terpenuhi akan energi listrik. Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam Mineral ( ESDM ) menyebutkan bahwa capaian rasio elektrifikasi tercatat sebesar 99,4% pada triwulan 3 tahun 2021. Dari data, terdapat 4 daerah yang menurutnya perlu perhatian khusus dalam energi listrik, yaitu Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua, dan Kalimantan Barat.  Dilihat dari data ESDM pada tahun 2015/2016, maka menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat dan Papua yang belum maksimal meskipun persentasenya meningkat. Untuk itu, diperlukan suatu sumber energi yang baru guna memenuhi kebutuhan energi listrik.

          Nuklir adalah salah satu sumber energi terbarukan yang bisa menjadi solusi bagi sumber energi listrik di seluruh wilayah Indonesia. Dalam sejarah Indonesia, pengembangan nuklir diawali dari pembentukan panitia negara untuk penyelidikan radioaktivitet tahun 1954. Panitia ini bertugas dalam menyelidiki kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di Indonesia. Lalu, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom yang disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional ( BATAN ). Untuk perkembangan selanjutnya, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reactor atom pertama ( Triga Mark 2 ) di Bandung. Setelah itu diikuti beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar, diantaranya Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat di Jakarta pada tahun 1966, Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA di Yogyakarta pada tahun 1967, dan reaktor serbaguna 30 MW pada tahun 1987.

         Selama ini nuklir dianggap momok berbahaya yang bisa mengancam banyak kehidupan dan lingkungan bila salah dipergunakan dan salah tindakan dalam pengolahannya. Padahal ketimbang dari sisi negatifnya tersebut, sisi positif dari nuklir lebih banyak. Dampak negatif nuklir adalah bisa membuat cacat, kanker, bahkan sampai meninggal orang yang terkena radiasinya. Sedangkan pada sisi positif, diantaranya sebagai berikut.

1. Ramah lingkungan, karena tidak ada zat sisa pembuangan seperti karbon dioksida dan asap.

2. Sumber energi terbarukan, ini penting karena sumber daya alam yang semakin menipis dan sering terjadi krisis energi membuat sumber energi terbarukan harus menjadi prioritas dalam pengembangannya sehingga bisa memenuhi kebutuhan energi.

3.Dapat dikembangkan menjadi objek penelitian yang berguna pada bidang lain, seperti dalam segi kesehatan yaitu penanganan paparan radiasi, dalam segi pangan yaitu iradiasi pangan, dan masih banyak lagi.

          Untuk itu, Indonesia harus segera mewujudkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Pemerintah harus memberi dukungan baik dari segi pendanaan, sosialisasi, dan sebagainya. Banyak anak-anak bangsa yang sudah mengayom pendidikan dan ilmu nuklir baik dari Universitas/Institut dalam negeri maupun dari luar negeri. Pemerintah harus bisa membuat mereka memberikan ilmunya kepada bangsa untuk memajukan dan merealisasikan pembangkit listrik tenaga nuklir ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline