Merebaknya wabah virus Corona yang awalnya teridentifikasi di Wuhan, China pada 8 Desember 2019, telah menjadi kekhawatiran global. Virus ini telah terkonfirmasi menyebar ke setidaknya 13 negara.
Jumlah korban meninggal dan pasien yang terjakit virus dengan nama resmi 2019 nCoV ini pun semakin bertambah.
Mengutip South China Morning Post, hingga Selasa pagi, 28 Januari 2020 sebanyak 106 orang dilaporkan telah meninggal karena virus Corona. Sementara jumlah pasien yang terjangkit Corona meningkat dari 2.762 orang pada Senin kemarin menjadi 4500 orang pada Selasa pagi. Tambahan jumlah pasien tersebut semuanya berasal dari China.
Virus yang meneror dunia ini diduga berasal dari pasar hewan di kota Wuhan yang terkenal menjual berbagai jenis hewan liar, termasuk kelelawar dan ular. Virus Corona diduga berasal dari kelalawar yang kemudian menular kepada manusia dengan cara penularan yang belum diketahui secara pasti.
Namun, ada yang menduga bahwa virus Corona adalah 'senjata biologi' China yang bocor dari laboratorium penelitian di Wuhan. Sebagaimana ramai diberitakan media sejak beberapa hari yang lalu, adalah mantan intelejen Israel bernama Dany Shoham yang mengatakan kepada Washington Times pada Jumat (24/1) lalu bahwa laboratorium di Wuhan tersebut terkait dengan program senjata biologi rahasia China.
China sendiri selalu membantah memiliki senjata biologis ofensif. Otoritas China tetap meyakini bahwa virus Corona berasal dari kelelawar dan ular.
Spekulasi lain yang sempat berseliweran di media sosial yaitu adanya konpirasi bahwa virus Corona memang sengaja diciptakan di laboratorium, sudah dipatenkan, dan bahkan telah tersedia vaksinnya untuk dijual. Akan tetapi faktanya, hingga saat ini belum ada vaksin apa pun yang tersedia untuk virus Corona.
Di media sosial, spekulai yang lebih ekstrem lagi muncul dari netizen negara +62 yang mengaitkan kemunculan virus Corona dengan muslim Uighur. Munculnya virus Corona di Wuhan dinilai sebagai karma atas perlakuan negara itu terhadap muslim Uighur.
***
Tulisan ini tidak akan membahas lebih lanjut tentang dari mana sebenarnya virus Corona berasal. Saya juga tidak ingin mengajak pembaca untuk bermain logika atas berbagai spekulasi yang berbau propaganda untuk 'membenci' (atau 'tidak membenci') China.
Terlebih lagi, saya sama sekali tidak ingin mengomentari 'penghakiman' (sebagian) netizen negara +62 yang mengaitkan wabah virus Corona dengan muslim Uighur.