Lihat ke Halaman Asli

Figiati Indra Dewi

Penulis, Pengajar

Mudik dan Pulang Kampung Memangnya Beda?

Diperbarui: 23 April 2020   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sejak sehari yang lalu percakapan antara Presiden Joko Widodo bersama Najwa Shihab dalam program Mata Najwa bertajuk "Jokowi Diuji Pandemi" yang tayang pada Rabu (22/4/2020) menjadi perbincangan hangat. Bukan hanya pemerhati, pengajar, dan peneliti bahasa, isi percakapan tersebut bahkan berhasil meraih perhatian masyarakat. Semula saya hanya menyimak berbagai pendapat dari teman-teman baik secara obrolan pribadi maupun melalui status WhatsApp. Hingga akhirnya ada rasa menggelitik untuk membedahnya secara sederhana dari segi kebahasaan dalam ranah ilmu Semantik.

Mungkin di dalam tulisan ini, saya akan lepas sejenak dari konteks pembicaraan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi bersama Najwa Shihab, sehingga kita dapat berfokus pada objek kajian ini, yaitu "perbedaan mudik dan pulang kampung dilihat dari segi semantik".

Menurut J.W.M. Verhaar (1981: 9), semantik adalah ilmu tentang teori makna atau teori arti. Adapun pernyataan Tarigan (1985: 7) yang nampaknya sesuai dengan kajian ini, yaitu semantik menelaah lambang atau tanda yang menyatakan makna, hubungan makna satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa semantik merupakan suatu ilmu cabang linguistik yang mengkaji makna suatu kata dan bentuk penggunaannya dalam masyarakat.

Bahasa sebagai alat komunikasi, penyampai ide, konsep, gagasan, dan sebagainya nampaknya masih mempunyai persoalan dan hambatan dalam membedakan makna, informasi dan maksud. Maka, Verhaar membedakan konsep antara makna, informasi, dan maksud. Hornby dalam Sudaryat (2009: 13), menjelaskan bahwa makna merupakan apa yang kita artikan atau dimaksudkan oleh kita. Informasi merupakan sesuatu luar-ujaran (utterance-external phenomenon) dilihat dari segi objek yang dibicarakan, begitu juga dengan maksud yang termasuk sesuatu luar-ujaran namun dilihat dari segi penutur, orang yang berbicara, atau pihak subjeknya dan biasanya banyak digunakan dalam bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain (Chaer, 2009: 35-36).

Dalam kajian ini, mari kerucutkan lagi fokus kita pada teori makna dan informasi yang akan diaplikasikan pada kata mudik dan pulang kampung.

Kata mudik dan pulang kampung memiliki informasi yang sama, yaitu sama-sama memiliki arti pulang/kembali ke kampung halaman (menurut KBBI edisi V).

Namun, mudik dan pulang kampung memiliki makna yang berbeda karena bentuknya berbeda.

Maksudnya?

Baiklah, mari kita coba menguji dan mendistribusikannya dalam bentuk kalimat berikut:

(a) Paman mudik ke Garut.

(b) Paman pulang kampung ke Garut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline