Lihat ke Halaman Asli

Gregorius Hapsara

Candu Aksara

Puisi | Hidup

Diperbarui: 10 April 2020   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hidup

Djogjakarta, 23 June 2016

Gagak beranggapan hidup tak perlu diperjuangkan
Maka runtuhlah pondasi hidupnya
Merpati berseru, "Hidup adalah perjuangan!
Maka tegaklah rumah kehidupannya
Di kala suara gagak meronta-ronta
Menyuarakan kata hujatan pada Tuannya
Mencaci kehidupannya tebarkan dusta
Serukan, "Hidup ini tak adil!"

"Hidup itu adil!"
Adil dimata merpati yang bersyukur pada Tuannya
Sebab baginya hidup adalah hadiah
Begitu indah karna mampu dimaknainya


Puisi ini tercipta hampir 4 tahun lalu, menggambarkan sebuah kegundahan dalam memaknai hidup. Lalu, kuberi judul Hidup. Mengapa Hidup? Mungkin pernah terlintas pada pikiran kita tentang hidup yang kita jalani. I don't know ya, aku rasa setiap orang punya beban dan cerita hidupnya masing-masing. Inti dari puisi ini sendiri adalah mengajak kita untuk berfikir pada dua sisi yang berbeda yang saya ibaratkan sebagai Gagak dan Merpati. Mereka punya sikap yang berbeda atas hidup yang dianugerahkan dari Tuannya.

Banyak hal yang mungkin pernah kita jumpai akan keadaan hidup yang kita bisa maknai. Sebagai contoh tentang Gagak, berkaca dari Gagak, banyak hal yang bahkan mungkin tak pernah kita syukuri dalam hidup dan terus menerus menyalahkan keadaan. In fact, it doesn't change anything. On other hands, ada sisi dimana kita menuntut diri untuk tetap bersyukur akan keadaan dan memaknai setiap peristiwa hidup sebagai proses pendewasaan dan menjadi lebih matang. That's nice because we do not burden our self into nothing, we keep productive and rejoicing our life, even more than that.

Saya mengajak Anda untuk bisa take a position sebetulnya, hidup adalah bagian dari pilihan. Meskipun Anda telah membuat kegagalan dalam hidup, Anda tak bisa terus-terusan menyalahkan kegagalan yang pada akhirnya dia akan bersorak gembira ketika Anda semakin terjatuh dan lenyap. Saya mau mengajak Anda hidup layaknya Merpati, meski membawa pesan dan beresiko untuk mati, dia tetap memberikan yang terbaik pada dirinya. Dia berusaha untuk tetap memaknai setiap proses yang dia lalui dengan rasa syukur meski ada juga kegagalan yang membuatnya terkadang lelah untuk tetap terbang tinggi.

Last but not least, Semoga Anda memperoleh inspirasi. Semangat Pagi, Para Candu Aksara!

Jika Anda berkenan untuk membaca puisi saya yang lain Anda dapat mengakses tautan berikut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline