Lihat ke Halaman Asli

Fifit UmulNayla

Penulis Belajaran

Pemilih Prabowo Tak Seserius Pemilih Jokowi

Diperbarui: 19 April 2019   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

spacetimestudios.com

Terhitung sejak kemarin (17/04/2019) sekitar pukul 14:30 WIB, masyarakat Indonesia mulai mendapat jawaban atas ketegangannya menunggu hasil Pemilihan Umum 2019 lewat Quick Count (QC), atau yang biasa kita sebut sebagai hasil hitung cepat dari berbagai lembaga Survey di Indonesia. 

Penantian itu semakin menegangkan karena kita, atau sebagian masyarakat Indonesia "merasa" sudah bekerja keras selama kurang lebih tujuh bulan untuk memenangkan calon yang menjadi jagoan kita masing-masing. Andaipun ada yang tidak bekerja maksimal, pasti ada yang berdoa secara maksimal agar jagoannya menang.

Tentang Quick Count, yaa namanya juga hitung cepat, otomatis kerja lembaga survey ini jauh lebih cepat ketimbang kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, kecepatan perhitungan suara Quick Count sejak kemarin masih terus mengundang perdebatan panjang hingga detik sekarang. Pasalnya, meski hasil Quick Count mengatakan Jokowi - Ma'ruf unggul ketimbang Prabowo - Sandi, namun kondisi di TPS (di lapangan) sangat berbeda dengan apa yang disampaikan hasil Quick Count.

Merespon hasil Quick Count tersebut, saya melihat berbagai fenomena konyol dan unik  terjadi di media sosial. Misalnya, gimmick ketika seorang warga menghancurkan TV-nya pakai palu lantaran kecewa dengan hasil Quick Count yang berbeda dengan kondisi di TPS, atau ketika salah satu anak muda membuat Meme Suara Quick Count Suara Rakyat (semacam tagline salah satu Partai Politik).

Lantas, sesungguhnya siapa yang bisa dikatakan benar?

Sebelum menjawab itu semua, perlu saya sampaikan beberapa hal terkait "jika Jokowi benar-benar menang".

Pertama, jika Jokowi benar-benar menang, itu tak lain dan tak bukan karena pendukung Jokowi secara merata memang sangat solid dan 'serius' untuk memilihnya dua periode. Hal ini terbukti, ketika teman-teman saya yang berasal dari daerah-daerah luar Jakarta, begitu antusias mengurus segala persyaaratan untuk menggunakan hak pilihnya dan mencoblos Jokowi. 

Sementara pendukung Prabowo, tak se-serius itu. Hal ini juga saya saksikan, ketika teman-teman Saya yang begitu menginginkan #2019GantiPresiden, hanya mampu berkoar-koar di Media Sosial, meyakinkan Prabowo-Sandi menang, walau tanpa 1 suara yang mestinya harus ia sumbangkan untuk kemenangan sang Jagoan. Seolah-olah para pendukung Prabowo-Sandi terus membuat "GR" tanpa memberikan suara yang real.

Kedua, jika Jokowi benar-benar menang, itu tak luput dari pembawaan sikap yang diperlihatkan oleh Jokowi sebagai Pemimpin yang 'merakyat', ramah, dan sederhana. Sementara Prabowo "dinilai" tempramen, angkuh, dan pemarah. Meski saya sangat menolak persepsi ini, tapi mau tidak mau, sebagian masyarakat sudah terbius dengan pembawaan sikap ini. Bisa dibilang, masyarakat pedesaan jauh lebih mencintai sosok yang mau diajak "panen jagung bareng" seperti Jokowi ketimbang dengan sosok yang menjamin harga pupuk tanamannya murah seperti Prabowo.

Terakhir, jika Jokowi benar-benar menang, 'mungkin' ini sedikit pelajaran untuk kita semua, bahwa Politik, tidak bisa bicara halal-haram, benar-salah atau baik-buruk dalam menentukan strategi. Politik hanya mengenal menang/kalah. Apapun caranya, jika itu mengantarkan kemenangan, maka lakukan. Itulah Politik. Setidaknya, dari sini "Tim" Prabowo harus belajar bagaimana memenangkan Jagoan seperti "Tim" Jokowi, meskipun cara-caranya 'mungkin' tidak benar, yang penting menang. Bahasa mudahnya, Politik tidak bisa "Main Alim" tapi boleh "Main Aman" .

Oke, itu adalah opini Saya tentang jika Jokowi benar-benar menang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline