Lihat ke Halaman Asli

Contoh itu Jitu

Diperbarui: 16 Mei 2017   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: google image

Guru dan orang tua sering berkeluh kesah akan perilaku anak muridnya. Dalam tanda kutip anak murid mereka mengalami masalah. Seperti, nakal, susah diatur, membantah, dan lain-lain.

Dari satu guru dengan guru yang lain. Guru dengan orang tua. Dari satu orang tua dengan orang tua yang lain. Mereka sering sharingbagaimana kelakuan anak muridnya. Kebanyakan mereka bercerita bahwa anak muridnya susah di atur dan tidak pernah berubah mesipun sudah dinasehati berkali-kali. Bahkan kebaikan, kejujuran, istiqomah, sopan santun, lemah-lembut, dan hal-hal lain yang bersifat positif sudah di ajarkan kepada anak mereka. Tapi mengapa anak tersebut masih saja nakal atau berbuat hal-hal yang negatif???

Sebenarnya guru atau orang tua sering lua mereka hanya menasehati atau menceramahi anak murid mereka, mereka tidak memberikan contoh tindakan yang  realyang ada pada diri mereka. Cotohnya orang tua menyuruh anaknya untuk belajar sedangkan orang tua asyik menonton TV. Seharusnya sebagai orang tua mereka menemani anaknya untuk belajar. Sehingga mereka tidak menganggap “Alah, Orang tuaku saja tidak belajar, nyuruh belajar tapi dia nonton TV, gimana mau belajar.” karena memberkan mereka contoh atau suatu tindakan yang ada pada diri kita akan merevolusi mental dan perilaku anak.

Pernah diceritakan suatu kisah nyata, bahwa ada seorang orang tua (Bapak-bapak) dia pergi kesekolah dengan pakaian yang sederhana dan alas kaki bermodal sandal jepit menghadiri rapat pengambilan rapot. Ketika disuruh tanda tangan dan menulis nama dia meminta maaf “Maaf Bu saya tidak bisa menulis!.” Ucapnya. Sedangkan orang tua yang lain berpakaian rapi, seperti memakai batik bahkan berjas menertawai Bapak tersebut. Ternyata pada saat rapat anak Bapak tadi mendapatkan nilai tertinggi khususnya pada mata pelajaran matematika.

Kemudian ditanyalah oleh seorang guru “Bapak, bagaimana Bapak bisa mengajari anak Bapak sehingga bisa mendapat nilai tertinggi?

Saya tidak bisa membaca dan menulis, ketika saya menyuruhnya belajar, saya ikut menemani anak saya ketika dia belajar meskipun saya tidak bisa membaca dan menulis. Ketika ada waktu luang, seperti ketika saya pulang kerja sebagai pemulung.”

Dari kisah tersebut banyak hal yang dapat kita pelajari, bahwa anak membutuhkan kasih sayang dari orang tua, jika kita menegur anak dengan nasehat-nasehat yang positif, kita harus memberikan contoh yang real kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline