Saat ini kita sedang berada di era milenial yang serba digital. Segala bentuk aktivitas di berbagai sendi kehidupan tak luput dari penggunaan internet sebagai jaringan komunikasi utama pada pemanfaatan teknologi digital.
Berbagai kemudahan ditawarkan melalui teknologi ini, sehingga tak heran jika manusia berlomba-lomba menggunakan internet dalam kehidupan kesehariannya.
Bahkan, seiring berjalannya waktu, internet sebagai simbol teknologi digital bukan hanya berkutat pada urusan pekerjaan semata tapi juga sudah merambah ke rutinitas sehari-hari, baik oleh kalangan anak-anak, muda maupun tua. Maka dari itu, mau tidak mau, suka tidak suka, kita "dipaksa" untuk belajar memanfaatkan teknologi tersebut agar tidak tergerus oleh zaman.
Barangkali, saya adalah salah satu manusia yang sangat membutuhkan keberadaan internet sepanjang 24 jam. Ya, kalau boleh saya mentahbiskan diri saya sebagai sosok "ibu digital" yang menjalankan peran ibu sekaligus pekerja kantoran secara digital.
Jika ada pepatah yang mengatakan "kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan" maka untuk era sekarang pepatah itu bisa berlaku demikian "kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang kuota". Selintas seperti kekonyolan ya ? tapi itulah realita yang terjadi saat ini. Jika kuota internet habis, maka "habis" juga peran "ibu digital" seperti saya.
Kenapa saya menyebut diri saya "ibu digital" ? saya bekerja di kantor selama kurang lebih delapan jam setiap hari. Sementara perjalanan pulang-pergi harus saya tempuh naik angkot sekitar empat jam. Otomatis setiap hari minimal 12 jam waktu saya habis untuk aktivitas di luar rumah.
Jelas ini adalah waktu "hilang" yang tidak sedikit untuk bisa mengurus anak secara langsung. Oleh karena itu, saya berupaya mengganti waktu yang hilang tersebut dengan mendampingi anak secara virtual.
Dengan menjadi "ibu digital" dan memanfaatkan teknologi digital yang ada, saya tetap bisa memantau tumbuh kembang anak, berkomunikasi dan bermain dengan anak serta mengapresiasi segala bentuk prestasi anak meski sedang bekerja dan berjauhan dengan anak. Bagi saya, internet bukan lagi menjadi barang sekunder tapi primer karena berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Menjadi seorang "ibu digital" tentu tidak mudah. Selain harus bisa membagi waktu dengan baik, seorang "ibu digital" juga harus punya modal utama, yaitu kuota. Bayangkan jika kuota kita minim atau bahkan habis ? otomatis aktivitas "ibu digital" kita juga akan terhambat bahkan berhenti seketika.