Lihat ke Halaman Asli

Fifin Nurdiyana

TERVERIFIKASI

PNS

SSK Aman dan Terjaga, Stop Menjadi Nasabah "Nakal"

Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : coverasia.com

Beberapa waktu lalu seorang sahabat mengeluh karena tidak dapat mengambil kredit rumah. Padahal secara finansial ia memiliki kemampuan untuk membayar down payment (DP) dan cicilan setiap bulannya dari penghasilannya, baik penghasilan tetap maupun tidak tetapnya. Ia mengatakan bahwa pengajuan kreditnya gagal karena tidak lolos BI Checking dari Bank Indonesia.

Setelah ditelusuri, ternyata sahabat saya memang kerap memiliki tunggakan terhadap cicilan-cicilannya di bank. Selain itu, rasio kredit sudah melebihi 40% dari gaji atau penghasilan tetapnya. Meski ia juga memiliki penghasilan di luar gaji tetap namun ternyata tidak cukup menutupi syarat lolos kredit. Kondisi "blacklist" dari Bank Indonesia akibat beberapa tunggakan juga menjadi alasan kuat gagalnya proses kredit.

Nah, udah jelas kan ? betapa meruginya kita kalau sampai masuk dalam daftar hitam Bank Indonesia. Padahal penyebabnya adalah akibat sikap dan perilaku kita sendiri yang kerap mengabaikan kedisiplinan dalam memanfaatkan produk keuangan. Seperti sahabat saya yang lalai dalam melakukan pembayaran cicilan secara tepat waktu, akibatnya ia tidak dapat lagi membeli rumah yang diimpikannya secara kredit.

Apakah kasus seperti ini hanya menimpa sahabat saya saja ? tidak. Begitu banyak kasus serupa yang masih terjadi di Indonesia. Para nasabah "nakal" inilah yang menjadi salah satu penyebab utama "mandeg"-nya roda sistem stabilitas keuangan negara. Bayangkan, jika jumlah nasabah "nakal" seperti sahabat saya banyak, maka akan semakin besar juga beban lembaga keuangan untuk menutupi lobang-lobang tunggakan yang ada. Otomatis sistem stabilitas keuangan khususnya terhadap barang dan jasa akan mengalami kemacetan dimana-mana.

sumber:faktabanten.co.id

Menjadi nasabah yang cerdas

Sebagai pengguna produk keuangan, tentu kita juga harus membekali diri dengan pengetahuan dan informasi yang benar tentang produk keuangan tersebut. Bukan hanya tentang bagaimana manfaat yang bisa didapatkan dari produk keuangan itu saja, tapi juga tentang bagaimana sikap dan perilaku kita terhadap produk keuangan itu. Ketika kita menggunakan suatu produk keuangan tertentu, maka kita juga dihadapkan pada hak dan kewajiban yang harus kita pahami dan patuhi.

Tidak sulit untuk menjadi nasabah yang cerdas, namun memang dibutuhkan pemahaman dan kedisiplinan serta rasa kepercayaan yang baik. Salah satu contoh yang paling mudah kita temukan di lapangan adalah tentang kedisiplinan dalam membayar cicilan kredit, baik di bank maupun lembaga keuangan lainnya.

Nasabah yang baik akan selalu melakukan pembayaran cicilan dengan tertib dan disiplin sesuai dengan tanggal jatuh tempo, sebaliknya nasabah yang "nakal" akan selalu terlambat membayar cicilan dengan berbagai alasan. Nasabah seperti inilah yang akan masuk dalam daftar hitam Bank Indonesia. Padahal dengan perilaku yang tidak kooperatif seperti ini justru akan merugikan dirinya sendiri. Selain nama baiknya akan tercoreng, otomatis ia akan mengalami kesulitan untuk menggunakan produk keuangan lagi pada masa berikutnya dan tentu saja ia akan dikenakan sanksi maupun denda sebagai akibat dari perilaku "nakal" nya. Dampak lebih besarnya, akan menyebabkan ketidakstabilan pada sistem keuangan negara tentunya.

Bagaimana menjadi nasabah yang baik ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline