"Orang miskin yang paling miskin adalah orang yang menghabiskan umurnya untuk mencari ilmu yang tidak ia amalkan sehingga ia kehilangan kelezatan dunia dan kebaikan akhirat..." - Imam Ibnul Jauzi
Menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain dengan cara berbagi ilmu adalah salah satu bentuk energi baik yang dapat memberi pengaruh positif baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Ketika berbagi ilmu, tanpa kita sadari kita telah melakukan begitu banyak kebaikan, mulai dari memberantas kebodohan, memperbaiki pandangan dan cara berpikir seseorang, menguatkan komunikasi dan hubungan baik dengan sesama, menjalin tali silahturahmi, menyenangkan orang lain sampai mengasah keterampilan seseorang. Itulah sebabnya, mengapa berbagi ilmu dengan orang lain dapat menciptakan suatu kebahagiaan yang hakiki pada setiap orang.
Ketika kita melihat orang lain senang karena jadi "tahu" dari yang sebelumnya "tidak tahu", ada semacam energi positif yang masuk dalam diri, sehingga kita menjadi lebih bersemangat dalam beraktifitas dan terinspirasi untuk berbuat kebaikan-kebaikan lainnya. Maka inilah yang disebut bahwa "berbagi ilmu adalah sebuah amal yang tak pernah terputus". Bayangkan, jika semua orang begitu peduli dalam membagikan ilmunya, maka rantai kemiskinan yang diawali dengan kebodohan akan terputus dan tidak ada lagi sikap-sikap apatis yang menyebabkan hancurnya kehidupan.
Begitu pentingnya membagikan ilmu yang dimiliki kepada orang lain, sehingga saya pun tergerak untuk berupaya membagikan ilmu yang saya miliki melalui aktifitas-aktifitas kegiatan kantor maupun giat-giat sosial lainnya seperti penyuluhan tentang bahaya narkoba, seminar parenting, dll. Dengan berbagi ilmu, energi baik bukan saja hanya dinikmati oleh diri sendiri tapi juga orang banyak.
Tidak dapat dimungkiri, salah satu yang menjadi penyemangat saya dalam bekerja adalah ketika saya dapat bertatap muka dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain dan berbagi ilmu melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi maupun bimbingan teknis di bidang yang saya geluti yaitu manajemen kepegawaian. Melalui kegiatan-kegiatan ini, saya selalu mendapat energi yang luar biasa dan berimbas pada munculnya ide-ide segar untuk terus berinovasi di dalamnya. Apalagi, di lapangan, saya juga didukung oleh tim yang solid dan saling menghargai satu sama lain sehingga semakin menambah energi positif aktifitas saya.
Menampung berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta sosialisasi maupun bimbingan teknis, semakin membuat saya kaya akan ide-ide terbarukan yang nantinya dapat dituangkan dalam kreatifitas berinovasi. Sebaliknya, para peserta juga akan mendapatkan ilmu pengetahuan baru dari materi yang saya sampaikan. Hubungan simbiosis mutualisme seperti ini hanya didapatkan ketika kita mau membagikan ilmu yang kita miliki pada orang lain. Percayalah, ilmu yang kita bagi tidak akan habis, justru akan semakin bertambah. Luar biasa bukan ?
Jadi, jangan pernah takut untuk berbagi ilmu dengan sesama. Sedikit saja ilmu yang kita bagi, maka akan begitu besar manfaat yang didapatkan. Jangan khawatir juga tentang bagaimana caranya berbagi ilmu, sebab berbagi ilmu dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Bahkan, hanya dengan berbagi tips memasak, berbagi resep masakan, sharing tentang pola asuh anak, memberi nasehat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, menulis buku, menulis artikel, dll kita sudah ikut andil dalam berbagi ilmu untuk energi yang baik bagi sesama. Mudah bukan ?
Dalam agama Islam, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan doa anak yang sholeh (HR. Muslim). Dari sini semakin jelaslah bahwa ilmu yang dimanfaatkan dan diajarkan pada orang lain dengan sebaik-baiknya merupakan amalan yang paling bermanfaat walaupun seseorang sudah berada di alam kubur. Dan saya yakin, pada agama lainnya pun juga mengajarkan bahwa berbagi ilmu yang bermanfaat kepada sesama adalah sebuah energi baik dan positif.
Di sisi lainnya, Alkisah, ada satu cerita tentang dua orang pengukir patung di pedalaman daerah. Satu pengukir patung begitu pelit untuk membagikan ilmu dan kemahirannya dalam mengukir patung. Ia merasa sangat takut jika membagikan ilmunya mengukir patung akan berakibat semakin banyaknya saingan dalam usaha kerajinan seni ukir patung.
Namun, satu pengukir patung lainnya dengan lapang hati mau membagikan ilmunya pada anak-anak muda yang ingin belajar mengukir patung. Dengan penuh kesabaran, sang pengukir patung ini mengajarkan bagaimana teknik-teknik mengukir patung yang baik sehingga menghasilkan ukiran patung yang indah dan bernilai jual tinggi. Hingga tanpa terasa waktu pun berlalu. Sang pengukir patung semakin beranjak menua dan hampir tak memiliki tenaga untuk mengukir patung kembali.