Lihat ke Halaman Asli

Fifin Nurdiyana

TERVERIFIKASI

PNS

Bukan Sekadar Tradisi, Ini Esensi Salam Tempel Lebaran

Diperbarui: 11 Juni 2018   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (sumber:iprice.co.id)

Memberi tidak sama dengan meminta. Memberi "salam tempel" berbeda dengan meminta "salam tempel". Saya rasa, jika salam tempel didasari atas pemberian bukan permintaan maka sah-sah saja. Salam tempel yang didasari pemberian lebih bermakna ikhlas ketimbang salam tempel yang didasari permintaan. Dan memang seharusnya pemberian itu tidak ditolak agar yang memberi maupun yang diberi sama-sama merasakan kebahagiaan.

Kekayaan tradisi lebaran di Indonesia semestinya dimaknai secara positif, termasuk tradisi memberi salam tempel pada sanak saudara, sahabat, dll. Biasanya salam tempel ini diberikan oleh para dewasa kepada anak-anak. 

Agar lebih menarik, uang yang hendak diberikan dimasukkan ke dalam amplop kecil khusus yang penuh warna dan gambar. Bukan hanya itu, uang pun sebisa mungkin uang kertas baru, dengan harapan anak-anak yang mendapat salam tempel lebih senang dan bersemangat.

Lantas, apa sih esensi dari salam tempel ini ? apakah hanya sekadar menjalankan sebuah tradisi ? ternyata tidak. Ada beberapa hal mendasar yang menjadi alasan para dewasa untuk memberi salam tempel pada sanak saudara yang masih anak-anak, yaitu :

  • Identitas diri. Identitas diri ini berkaitan dengan "siapa kita" di tempat kita berada. Jika kita berada di lingkungan keluarga yang biasa memberi salam tempel maka mau tidak mau kita juga harus memberi salam tempel, karena itu artinya identitas kita adalah bagian dari lingkungan keluarga dimana kita berada.
  • Sayang anak-anak. Ada beberapa kalangan dewasa yang memang memiliki sifat penyayang kepada anak-anak, sehingga salam tempel pun dilakukan karena memang murni karena faktor suka pada anak-anak.
  • Pengalaman Masa Kecil. Pengalaman masa kecil yang juga menerima salam tempel sedikit banyak akan mempengaruhi para dewasa untuk melakukan hal yang sama saat ia dewasa.
  • Media Komunikasi Keluarga. Dengan salam tempel, biasanya komunikasi antar keluarga akan lebih meningkat, lebih hangat dan lebih akrab.
  • Tanda Pengingat. Dengan salam tempel, seseorang akan lebih ditandai atau diingat dan dirindukan keberadaannya ketika lebaran tiba.
  • Simbol Kesuksesan. Salam tempel juga dapat menjadi simbol kesuksesan bagi para pemberinya. Dengan memberi maka ia akan dianggap mampu atau sukses dalam berpenghasilan. Tanpa bermaksud riya atau menyombongkan diri, namun secara otomatis simbol kesuksesan ini akan muncul.

Nah, itulah beberapa esensi dari salam tempel yang menjadi alasan mendasar bagi para kalangan dewasa untuk bersemangat menukarkan uang kertas baru hanya untuk melakukan tradisi salam tempel pada anak-anak saat lebaran tiba. Ketika yang memberi dan yang diberi salam tempel sama-sama merasakan kebahagiaan dan kepuasan, 

Maka dimana letak kesalahan dari tradisi salam tempel tersebut ? jika ada yang berpendapat bahwa tradisi salam tempel dapat mengajarkan anak-anak untuk memiliki kebiasaan "mengemis", maka mungkin saya adalah salah satu bukti bahwa saya tumbuh menjadi dewasa yang "anti mengemis" meski pengalaman masa kecil saya saat lebaran diwarnai dengan salam tempel. 

Jadi, sekali lagi harus dibedakan salam tempel lebaran dengan "salam tempel" versi lainnya. Salam tempel saat lebaran lebih pada memberi karena keikhlasan dan kasih sayang serta tidak memiliki tendensi apapun. Suatu kebahagiaan tersendiri jika bisa melihat anak-anak sanak saudara tampak bahagia dan ceria saat menerima salam tempel dari kita, bukan begitu ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline