Sore hari, sepulang kerja, biasanya saya quality time bersama anak-anak. Setelah seharian ditinggal kerja, tentu mereka butuh waktu untuk "sekadar" bercengkerama dengan bundanya. Di momen ini saya bebaskan anak-anak untuk menceritakan tentang apa saja yang mereka inginkan. Selain itu, saya selalu mengajak anak-anak ke tempat terbuka dan menyatu dengan alam, sebab selama saya bekerja, saya selalu berpesan agar mereka tidak bermain di luar rumah. Jadi, ketika quality time ini lah kesempatan mereka untuk bebas berlarian, melompat kesana kemari, berteriak dan tertawa.
Pun ketika bulan ramadan tiba. Quality time menjadi multifungsi, yaitu sekaligus untuk menunggu waktu berbuka atau yang biasa disebut ngabuburit. Anak-anak sudah belajar untuk berpuasa, meski si bungsu hanya puasa tengah hari. Namun, esensi ngabuburit bukan saja jalan-jalan membeli takjil atau menu bukaan saja, tapi lebih daripada itu, ngabuburit adalah sebagai salah satu bentuk "menghidupkan" suasana ramadan dan secara tidak langsung mengajarkan pada anak tentang tradisi kehangatan dan kebersamaan di bulan ramadan terutama bagaimana puasa bukan menjadi halangan untuk beraktifitas ataupun berbuat baik terhadap orang lain.
Mengingat sore saya selalu habis bersama anak-anak, maka otomatis tempat ngabuburit saya ya tempat-tempat yang "ramah" anak. Salah satu tempat ngabuburit favorit saya dan anak-anak adalah bukit kebun buah naga.
Bukit kebun buah naga ini tidak terlalu jauh dari rumah. Lokasinya cukup sejuk dan segar ketika sore hari. Ketika di atas, kita akan disuguhi pemandangan hamparan kebun buah naga. Di bukit ini anak-anak bebas bermain. Mereka berlarian, melompat, naik turun bukit, berteriak, bahkan sesekali terjatuh dan tertawa. Bahagia sekali melihat mereka menikmati sore dengan riang gembira.
Ketika mereka bermain, tanpa disadari, mereka juga belajar bagaimana mensyukuri segala ciptaan Tuhan. Di sela-sela bermain, saya juga menyelipkan pertanyaan-pertanyaan edukasi yang ringan kepada mereka, misalnya : "hayooo siapa yang tahu, rumput ini ciptaan siapa ?" "buah naga itu ciptaan siapa ?" "pak tani itu ciptaan siapa ?" "siapa yang menciptakan langit dan bumi ?" "boleh tidak kita merusak tanaman-tanaman ini ?" dsb.
Sementara itu, di sebelah bukit ada perkampungan kecil. Di perkampungan ini banyak warga yang menjual menu-menu jajanan takjil untuk berbuka puasa. Jadi, sembari mengasuh anak-anak di area bukit kebun buah naga, saya juga dapat sekaligus membeli jajanan takjil di perkampungan warga untuk dibawa pulang ke rumah.
Ngabuburit bersama anak-anak terbukti sangat mengasyikkan hingga tanpa terasa waktu berlalu dan waktu berbuka segera tiba. Jika demikian, saya dan anak-anak memutuskan untuk bergegas kembali ke rumah dan berbuka puasa di rumah.
Beginilah cerita ngabuburit saya selama bulan ramadan bersama anak-anak. Untuk ngabuburit bersama anak-anak kuncinya cuma satu, yaitu tempat ngabuburit harus ramah anak sehingga anak-anak bebas untuk beraktifitas dan menikmati suasana ngabuburit dengan nyaman, menarik dan aman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H