Bahasa Indonesia dalam keberadaannya senantiasa berinteraksi dengan bahasa lain. Bahasa tersebut antara lain bahasa ibu dan bahasa saudara baru. Bahasa ibu tentu adalah bahasa daerah yang berada di dalam Wilayah Indonesia, sedangkan bahasa saudara baru adalah bahasa asing dari negara lain. Tiga bahasa tersebut menjadi inspirasi pokok subtema yang dikaji dan didalami pada Kongres Bahasa Indonesia XII yang berlangsung di Jakarta, 25-28 Oktober 2023.
Tak menginginkan ketertinggalan dalam perkembangan bahasa daerah, sebagai bahasa ibu, saat ini cenderung tak dianggap sebagai sebenar-benar ibu. Bahasa ibu mulai dan beranjak ditinggalkan serta ditanggalkan keberadaannya. Padahal ibu sebagai sosok terpenting bagi anak-anaknya tentu tak akan mungkin dapat digantikan keberadaannya pada masa kapan pun.
Mengambil subtema 1 pada Kongres Bahasa Indonesia XII (KBI XII), revitalisasi bahasa daerah sebagai ibu di daerah sendiri harus mulai dikuatkan kembali dalam proses pelaksanaannya. Salah satu program yang dapat dilakukan oleh pemakai bahasa secara mandiri, setidaknya bagi penulis selaku pendidik adalah dengan melakukan Proaksi.
Proaksi sebagai penyingkatan dari Pewarisan bahasa ibu dengan Revitalisasi, Optimalisasi, Aksi dan Kreasi akan memberikan bantuan dalam rangka menghidupkan dan menyuburkan kembali bahasa yang telah dan hampir akan terabaikan keberadaannya.
Pewarisan bahasa ibu dalam keluarga dilakukan dengan tetap menggunakan bahasa ibu di samping menggunakan bahasa nasional dan internasional, begitupula dalam masyarakat. Tetap digunakannya bahasa ibu untuk momen-momen tertentu, misal: pernikahan, kematian, dll. tentunya akan mampu menjaga eksistensi bahasa ibu secara berkala.
Kemudian revitalisasi bahasa ibu dengan melakukan kegiatan yang berinti pada penggunaan bahasa ibu, misal melakukan giat literasi produksi karya sastra berbahasa ibu pada tiap akhir pekan pembelajaran peserta didik, Optimalisasi dilakukan dengan penggalakan untuk mewajibkan penggunaan bahasa ibu pada satu hari penuh setiap pekannya, Aksi dan Kreasi dilakukan dengan salah satunya adalah mendesain media pembelajaran interaktif bagi mata pelajaran bahasa ibu dalam muatan lokal di sekolah. Media interaktif tersebut hendaknya merupakan kombinasi: a. aksara bahasa ibu (misal: aksara Jawa, Bali, dll.). b. Lagu anak-anak dalam bahasa ibu, c. Game (permainan) anak misalnya: merangkai kalimat dalam bahasa ibu, menebak nama hewan dalam kosa kata bahasa ibu, mengenal ungkapan -ungkapan dalam bahasa ibu, serta menghaluskan kalimat berbahasa ibu.
Salah satu ungkapan yang sangat menyentuh dalam bahasa ibu, yaitu bahasa Jawa adalah Ati, Lathi, lan Pakarti. Menjadi salah satu bahan diskusi pada subtema 1 pada Kongres Bahasa Indonesia XII, tiga kosakata ini memiliki bunyi menarik dan makna mendalam, Mendorong pemakai bahasa ibu untuk senantiasa setia pada ibu, ati dapat dimaknai sebagai hati, lathi adalah lidah, sedangkan pakarti dapat diartikan sebagai perbuatan, laku, pekerti.
Dihubungkan dengan revitalisasi bahasa ibu, tentu dapat dikaitkan dengan hati, lidah, dan pekerti (perbuatan) yang hendaknya nyawiji. Jika hati kita mencintai bahasa ibu, tentu harus terwujud dalam lidah (lisan), serta merasuk pada perbuatan yang diinspirasi oleh bahasa itu sendiri. Bahasa ibu yang tulus dan luhur, serta lahir sebagai milik kita, tentu harus menjadi jiwa dan khas diri kita sepenuhnya. Terlampau banyak bahasa di dunia, namun tentu takkan mampu lampaui cinta di hati anak untuk selalu secara hakiki memiliki dan merawati ibu sampai nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H