“Apa? Beda polos sama bego, sama aja kalee’??” tanya seorang pengguna jejaring sosial kepada saya ketika menulis status Biarin Polos Asal Gak Bego.
“Bedalah, polos itu jiwa kecintaan Allah, tidak terkontaminasi dengan hal-hal kotor, dia bersih. Kalau bego’ itu gak pintar dan Allah gak suka, gimana sih gitu aja gak ngerti.” jawab salah satu teman saya yang satu pendapat dengan saya.
“Apa? gak jauh-jauh amat koq, polos itu ada karena bego’, dan bego’ itu di sebabkan kepolosan, inget pepatah ‘Berani kotor itu baik’.” Dia menyangkal.
Dari diskusi yang sedikit membawa emosi tersebut selama 3 hari saya sibuk memutar otak mencari file-file pangalaman dan pengetahuan saya sebagai diri sendiri dan sebagai teman orang-orang polos, untuk jawaban yang benar-benar tepat.
Polos adalah orang yang selalu berpikiran positif terhadap segala sesuatu, selalu jujur, penurut, tulus, ikhlas, apa adanya, rendah hati, pokoknya sifat orang-orang bersih, sifat positif. Polos atau bisa disebut lugu adalah sifat anak kecil, ia bisa menerima semua di sekitarnya dengan mudah. Jika hal ini dimiliki orang dewasa terjadilah ketidakseimbangan, terlihat seperti orang tidak pintar, ya, polos bisa dikatakan tanda-tanda kebego’an karena lingkungan disekitarnya lebih tahu dan maju, lingkungan sekitarnya adalah lingkungan dewasa. Jarangnya update berita, kurangnya bergaul dengan dunia luas atau bisa dibilang kurim (kurang informasi) yang membuatnya ter- judge sebagai ‘orang polos’.
Kepolosan tidak seluruhnya bisa dikatakan sebagai kebodohan, orang polos adalah pribadi yang to the point, melakukan segala yang ada di depan mata dengan sikap riang, nothing to lose, mempunyai keinginan untuk terus belajar. Dengan jujur ia mengatakan apa yang ia ketahui, apa adanya tanpa peduli apakah itu benar atau tidak benar. Sebenarnya orang polos itu pintar karena sifatnya yang mudah menerima. Sifat mudah menerima ini bisa dikatakan pintar sebab jika dijelaskan segala sesuatu, ia cepat paham (high speed bak loading pentium core 3). Dimungkinkan karena jiwa-jiwa orang polos adalah jiwa-jiwa bersih. Seperti kata pepatah, “Ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya senang berada di tempat-tempat yang bersih, ia akan bersinar terang, terpancar indah, dan sempurna pada tempat yang bersih.”
Orang polos menjadi seperti orang bodoh karena mudahnya ia untuk dibohongi atas ketidaktahuannya. Hanya masalah ketidaktahuan akan kebenaran yang sesungguhnya. Sedangkan orang bego’ adalah orang yang tidak tahu, Polos dan bego’ (tidak pintar) beda tipis namun polos tidak bisa dikatakan bego’ karena orang polos belum tentu bego’, dan orang bego’ pun juga belum tentu polos. Sebenarnya jika dikaji ulang sangat berbeda jauh, sifat polos itu adalah sifat positif dan bego’ itu negative. Hanya saja sering orang bilang polos itu bahasa halusnya bego’. Benarkah? Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tergantung kita yang memahaminya dari sudut mana.
"dikepolosan masih ada proses belajar menjadi pintar/meningkatkan kepintarannya. kalau bego saya rasa lebih kepada kebodohan yang menetap dimana tidak ada kemampuan untuk berubah menjadi pintar." (Bambang Ikbal-Anggota Grup PNBB)
Hanya masalah prasangka, orang polos berpikir atau berbicara tanpa prasangka. Misalnya saja dideskripsikan seperti ini, si A tahu apa itu definisi korupsi, dan misalnya si B adalah seorang anak TK yang tidak tahu apa itu namanya korupsi. Jika si B mengatakan bahwa korupsi itu bersih dan halal itu namanya polos, Namun, jika si A yang mengatakan bahwa korupsi itu bersih dan halal, berarti si A bego'.
*Orang pintar, cerdas, apalagi berpendidikan harus berani lebih bersih. Berpikir pakai otak merasakan pakai hati. Berani jujur lebih baik. Kalau bersih lebih baik, kenapa tidak??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H