Lihat ke Halaman Asli

Fidza Sholichati Ainafa

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Teori Sosiologi Pengetahuan: Pemikiran Karl Mannheim

Diperbarui: 22 September 2022   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya tinggal di sebuah desa yang sebagian besar warganya merupakan penganut Nahdhatul Ulama (NU). Berbagai macam kegiatan keagamaan yang juga merupakan tradisi, dilaksanakan secara rutin. Kegiatan tersebut seperti yasinan, tahlilan, pengajian selapanan, mujahadah, nyadran dll. Namun, kemudian masuklah aliran Muhammadiyah. Warga di desa saya yang sebelumnya homogen, beralih menjadi masyarakat heterogen karena adanya faham baru. Akibat perbedaan suatu kepercayaan, mulai muncul beberapa konflik antara NU dan Muhammadiyah. Salah satu konflik yang paling sering diperdebatkan adalah adanya perbedaan kebudayaan. Perbedaan budaya ini kemudian membuat konflik yang timbul semakin besar. Contohnya adalah kegiatan tahlilan yang dilakukan oleh masyarakat NU, dianggap bid'ah oleh Muhammadiyah, karena tidak ada tuntunan dari Rasulullah atau tidak ada dasar hukum yang kuat. Sedangkan, masyarakat NU beranggapan bahwa kegiatan tahlil adalah hal yang baik, karena merupakan sebuah tradisi membaca doa dan kalimat tertentu yang diambil dari Al-Qur'an yang bertujuan agar pahalanya sampai kepada seseorang yang telah meninggal. Konflik-konflik ini timbul karena perbedaan pengetahuan antara individu satu dengan yang lainnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat sekitarnya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. 

Menurut saya, pengalaman ini merupakan contoh tentang teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim, karena teori ini melihat relasi antara pemikiran dan masyarakat yang berfokus pada kondisi pengetahuan yang ada pada masyarakat. Alasan lainnya karena sikap individu penganut masing-masing ormas tersebut ditentukan oleh konteks dimana individu berada dalam suatu kelompok. Menurut Mannheim, pengetahuan datang dari kehidupan berkelompok. Apa yang setiap individu ungkapkan, pengetahuan tersebut berasal dari kerangka berpikir kelompoknya. Dimana konteksnya disini adalah kelompok NU dan Muhammadiyah.  

 Saya mengenal teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim dari jurnal pendagogy Sosiologi Pengetahuan : Telaah atas Pemikiran Karl Mannheim (2020). Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat dengan ilmu pengetahuan. Kajian utamanya adalah sebuah cara berpikir dapat dipahami apabila faktor-faktor dibelakangnya jelas. Pernyataan bahwa suatu konsep yang memiliki sidang pengarang yang sama, dapat memiliki maksud yang berbeda karena berasal dari latar belakang sosial yang berbeda pula. Karl Mannheim dalam teorinya ini membagi weltanschauung menjadi 2 konsep yaitu welstanchauung rasional yang merupakan komposisi teoritis yang terstruktur dan masuk akal. Sedangkan, welstanchauung irrasional bukanlah konsep yang tidak masuk akal, karena apabila tidak masuk akal maka tidak mungkin mengkaji suatu fenomena menggunakan metode tersebut. Maka dari itu, istilah yang paling pas adalah rasionalistik. 

Karl Mannheim mengatakan bahwa welstanchauung berada diluar pemikiran namun tidak diluar nalar. Welstanchauung bukan suatu hasil pemikiran, namun dapat diterima secara rasional, meskipun pada taraf tertentu. Karena konsep welstanchauung dan ideologi terlihat identik, maka Mannheim memberikan batasan antara ideologi dan utopia. Ideologi mengatakan bahwa suatu kelompok mayoritas yang tidak mengingkan perubahan terjadi. Sedangkan utopia merupakan kelompok minoritas yang menginginkan terjadinya perubahan dan memperbaharui tatanan sosial yang sedang berlaku. Bisa dikatakan pemikirannya revolusioner. Dari penjelasan teori tersebut, menurut saya batasan yang dibuat Mannheim relevan dengan contoh yang saya berikan yaitu konflik yang terjadi antara NU dan Muhammadiyah. Penganut faham NU, merupakan representatif dari ideologi, dimana mereka merupakan kaum mayoritas yang menggunakan ideologi untuk mengkombinasikan situasi. Mereka tidak menginginkan perubahan, bahkan cenderung menutup dan menstabilkan tatanan sosial sesuai dengan prinsip-prinsip yang mereka anut. Sedangkan kaum Muhammadiyah disebut Utopia karena merupakan kelompok minoritas yang menginginkan pembaharuan. Mereka menginginkan perubahan prinsip dan klaim baru yang penuh tantangan. Saya setuju dengan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim karena banyak contoh nyata yang membuktikan bahwa setiap individu mengungkapkan suatu pengetahuan berdasarkan kerangka pikir kelompoknya. Pengetahuan sejak awal dimulai dari kelompok, sehingga aktivitas individunya pun berdasarkan pengalaman di suatu kelompok. 

Teori sosiologi pengetahuan diperkenalkan oleh Karl Mannheim. Karl Mannheim merupakan seorang sosiolog yang berasal dari Hungaria. Ia dikenal dengan teorinya yaitu sosiologi pengetahuan. Karl Mannheim lahir di Budapest pada tanggal 27 Maret 1893 dan wafat pada tanggal 09 Januari 1947. Ayahnya berasal dari Hungaria, sedangkan ibunya berasal dari Jerman. Ayah Mannheim adalah seorang produsen tekstil. Karl Mannheim berasal dari keluarga Yahudi kelas menengah. Ia merupakan lulusan Universitas Budapest yang memperoleh gelar doktor dibidang filsafat. Ia menghadiri kuliah Georg Simmel pada tahun 1914. Pada tahun 1919, Ia meninggalkan Hongaria. Sebelum tiba di Jerman, Ia menghabiskan beberapa waktu di Austria. Di Jerman, Ia pertama kali menghadiri seminar Husserl dan Heidegger di Universitas Freiburg dan juga sering menghadiri majelis Marianne Weber. Hal ini yang menjadikan Ia masuk sosiologi. Suatu waktu, Karl Mannheim bertemu dengan saudara Max Weber, yaitu Alfred Weber. Max Weber sangat berpengaruh bagi karir Karl Mannheim. Ia bukan hanya sebatas hubungan intelektual sosiologi, melainkan juga sebagai motivator penting bagi Karl Mannheim. 

Referensi :

Hamka. (2020). Sosiologi Pengetahuan: Telaah Atas Pemikiran Karl Mannheim. Palu: IAIN Palu. 

Ali, Fajar. (2020). Pandangan Kelompok Salafi di Masjid Ihya'usunnah Balongbendo terhadap Wacana Islam Nusantara Perspektif Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline