Lihat ke Halaman Asli

Fidya Rizky

Bersekolah di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Teori Perkembangan Kognitif: Jean Piaget

Diperbarui: 28 Oktober 2020   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/67/Jean_Piaget_in_Ann_Arbor.png

Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Pada awalnya Piaget menyukai di bidang Biologi, namun pada akhirnya ia dipengaruhi oleh Samuel Cornut. Cornut mempengaruhi Piaget dengan mengenalkan filsafat pada Piaget. Hal ini menyebabkan Piaget mulai tertarik dengan bidang epistimologi.

Piaget menyatakan bahwa cara berfikir anak itu tidak hanya berbeda dengan orang dewasa dalam pengetahuan, namun berbeda juga secara kualitatif. Piaget mengemukakan penjelasan struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia disekitar mereka. Teori Piaget sering disebut epistimologi genetik karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual, bahwa genetik mengacu pada pertumbuhan pengembangan bukan dari warisan biologis (keturunan).

Ada beberapa pemikiran dasar dari teori Piaget, diantaranya :

Ada empat konsep dasar dari teori Piaget, yaitu :

  1. Skema, adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk beradaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan secara intelektual.
  2. Asimilasi, adalah suatu proses kognitif. Asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, namun asimilasi mempengaruhi pertumbuhan skemata.
  3. Akomodasi, dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau perubahan skemata lama.

Tahapan Perkembangan Piaget merupakan pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi hingga dewasa. Menurut Piaget perkembangan yang berlangsung melalui empat tahap, yaitu :

1. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Tahap ini dimulai dari lahir hingga berusia dua tahun. Bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera yang sedang berkembang. Anak hanya akan mampu melakukan pengenalan lingkungannya dengan melalui alat inderanya dan pergerakannya.

2. Tahap Pra-operasional (2-6 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah dapat memahami lingkungannya dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada tahap ini bersifat tidak konsisten dan tidak logis. Hal ini diandai dengan ciri-ciri:

  • Cara berfikir yang tidak logis.
  • Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat.
  • Menganggap semua benda itu hidup seperti dirinya.
  • Percaya bahwa segala sesuatu dilingkungannya itu mempunyai jiwa seperti manusia.
  • Mulai menilai apa yang ia lihat atau yang didengar.
  • Mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari apa yang ia hadapi.
  • Memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang menurutnya menarik.
  • Melihat dunia lingkungannya sesuai dengan kehendak dirinya.

3. Tahap Konkret (6-11 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan loginya untuk berfikir, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saja pada saat ini. Dalam tahap ini, rasa egoisentris anak mulai berkurang dan kemampuannya dalam melakukan simbiolis mulai berjalan lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline