Lihat ke Halaman Asli

Kematiannya Membuat Selalu Teringat Bayang Kematian

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14040543371841284648

Kematiannya membuat saya selalu teringat akan bayang-bayang kematian.

Baru sekitar kurang lebih dua minggu setelah meninggalnya seorang siswa privat saya bernama ananda Amar F. P. Dia yang sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Saya sangat dekat dengannya. Ia adalah anak yang pintar dan cukup kuat dalam ilmu agama. Tidak hanya dekat dengannya saya pun dekat dengan keluarganya. bahkan beberapa kali saya sempat menginap di rumahnya ketika diminta untuk menemani ayahnya saat dia bersama ibunye pergi berobat ke Jakarta.

Dia meninggal dunia dikerenakan penyakit yang dia derita. Ya, kanker telah menyerang sebagian besar organ tubuhnya. Membuat dia harus beberapa kali bolak-balik Jakarta-Samarinda untuk berobat. Dan karena penyakitnya itu juga membuat Ia ketinggalan mata pelajaran di kelasnya. Kebetulan saat itu dia sedang duduk di Kelas 6. Karena itulah mendekati masa-masa ujian akhirnya, saya diminta intensif beberapa malam untuk mengajarinya mata pelajaran yang akan di ujikan.

Yang terus saya ingat hingga kini adalah bahwa umur seseorang tidak menjadi alasan bahwa Ia harus di ambil oleh Sang Pemilik Nyawa. Baru saja setelah dia menyelesaikan ujiannya dan setelah itu langsung berangkat kembali ke Jakarta untuk di kemoterapi. Saya memang sempat berfirasat saat terakhir kali Ia menjabat tangan saya bahwa ini mungkin pertemuan terakhir dengannya karena sudah selesai tugas saya membantunya menyelesaikan persiapan ujian. Tapi saya tidak berfikir bahwa itu benar-benar menjadi pertemuan terakhir di dunia.

Anak itu kini menjadi salah satu pengingat saya bahwa kematian itu adalah teman terdekat dengan kita. Ia mengintai kita setiap waktu. Bahkan tidak hanya mereka yang telah berusia lanjut. Tetapi juga bisa remaja, anak-anak maupun yang masih balita. Semua itu tidak terlepas dari kehendaknya dan apa yang telah dituliskan di dalam Lauhul Mahfudz.

Adikku, semoga dirimu dan amal ibadahmu diterima Oleh Allah SWT. Dan untuk kelurga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan dan mampu untuk menerima takdir Allah ini.

Samarinda 29-06-2014

Ahmad Fadli




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline