Lihat ke Halaman Asli

Nak, Menjadi Guru Itu Tak Mudah!

Diperbarui: 4 Juli 2016   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA Lamber Klau (34) guru bidang studi ekonomi pada SMA Sta Maria Ratu Rosari Besikama, Kabupaten Belu, NTT

Beban guru itu berat.

Ya! Karena saya pernah merasakan gimana beratnya beban seorang guru. Meskipun saya tak pernah mengajar di sekolah. Tetapi, anak saya pernah menjalani Homeschooling. Otomatis kami,orangtuanya yang bertanggung jawab penuh mengajari anaknya.

Dan, jangan salah! itu nggak mudah lho. Kita di tuntut untuk semangat, supaya anaknya juga semangat belajar. Hari-hari,tak selalu mulus. Kadang, mood kita buruk karena ada masalah di rumah, belum lagi pekerjaan rumah yang menumpuk. Sedangkan Anak tak mau mengerti. bukannya belajar, malah maunya bermain melulu. Sedangkan target kudu di kejar.

Otak ini, terus diajak berpikir keras mencari solusi,bagaimana supaya bisa mengajar lebih efektif, dan anak senang menjalaninya. Jujur, saya pernah mengalami rasa frustasi,namun karena demi anak, ya saya lakukan apapun resikonya. Intinya harus sabar dan sabar.

Itu, Baru satu anak!

Lantas, bagaimana bila saya menjadi guru beneran? Dengan banyak anak dengan berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda? hmmm.... mungkin saya harus punya kotak penyimpan kesabaran dan pil anti stress. Apalagi, anak-anak sekarang lebih menantang. Selain keberanian, pemikiran lebih kritis, pun tingkah mereka membuat hipertensi kita sebagai orangtua. Dan itu,menjadi tantangan guru sekarang!

Herannya, masih banyak orangtua yang menyerahkan sepenuhnya, pendidikan anak pada sekolah. Sedangkan, mereka sendiri sibuk bekerja tanpa peduli anaknya bagaimana. Saat, anak tak bisa apa-apa atau ada masalah dengan anaknya baru deh mencari kambing hitam. Tanpa mau intropeksi. 

Cerita Anak Saya

Suatu hari, sepulang sekolah, anak saya mengeluh teliganya sakit bila dipegang. Aneh, waktu berangkat sekolah tadi tak apa-apa. Kemiduan saya cek telinga kanannnya. Dan saya kaget sewaktu melihatnya. Telinganya merah! Hmm.. tetapi suhu badannya tak panas. Perasaaan ini jadi khawatir.

Setelah saya desak, barulah dia bercerita, kalau tadi disekolah dia dijewer oleh Kepala Sekolah. Bukan hanya dia saja, tetapi, sebagian kelas. Gara-gara kelamaan di masjid, waktu sholat dhuha, akhirnya terlambat masuk kelas. Saya tersenyum, memberi dia pengertian, kalau memang itu karena kesalahannya dia sendiri. Biarlah itu sebagai pelajaran buatnya.

Ada juga, guru yang sukanya marah-marah. Anak didik nggak bisa, marah. Tanpa mencari solusi, bagaimana supaya anak didiknya enjoy belajar. Tiap hari dijejali PR banyak. Lah.. kapan anak bisa menikmati dunianya. Bermain? Hasilnya, anak saya sempat down, dan mulai enggan sekolah. Ketika salah satu gurunya emotional tingkat dewa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline