Lihat ke Halaman Asli

Elegi Kompasiana

Diperbarui: 24 September 2015   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Beberapa hari ini tidurku tak nyenyak. Banyak pikiran yang bersliweran dikepala mencari clue demi clue untuk sebuah jawaban. Sayang Jawaban itu masih samar hingga akhirnya aku lelah sendiri tuk mencarinya. Betulkah Pk itu GT? entahlah! Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa. Lah temennya hanya terasi sama cabe.

Kasihan I dan V akhirnya mereka menjadi isu nasional, semua orang pada keminter menganalisa pertemuan itu. Bahkan banyak yang menjelek-jelekkan. Yang justru membuat suasana makin panas. Tidakkah kita berpikir bagaimana keluarganya? Bagaimana seandainya hal itu terjadi pada kita?

Dan bagaimana seandainya analisa mereka semua keliru? Tidakkah akhirnya semua itu akan menjadi boomerang bagi kita sendiri?

Tidakkah lebih baik diam? Sambil mengamati daripada mengecam yang akhirnya makin melebar dan akhirnya menjadi tidak focus pada inti permasalahan.

Percuma kita berkoar koar panjang lebar, sibuk menjadi pakar analisis dan berpuas diri. Bila ternyata GT hanya di pindahkan ke Gunung Sindur. Adakah yang bisa menjamin semua akan aman terkendali? No!!! semua kalangan butuh di reformasi biar tidak keenakan.

Kenapa tidak sekalian saja semua koruptor benar –benar di miskinkan. Dan kembalikan semua hasil korupsi itu pada Negara. Supaya GT dan koruptor lain bisa memulai hidup dari nol lagi tanpa semua kenyamanan yang mereka miliki.

***
Lama aku terpekur.

Aku ingat sekali beberapa waktu lalu, menulis tentang bagaimana bahagianya aku menulis disini. Bisa bertemu dengan orang baru. Hidup terasa menggairahkan karena aku menemukan beberapa teman dekat. Kita becanda dan saling support. Hidup terasa lebih berwarna meskipun mereka hanyalah teman dunia maya tapi aku berharap someday bisa bertemu muka dengan mereka.

Sayang seribu sayang. Kuperhatikan sharing dan connecting Kompasiana mulai tidak sehat. Semua saling injak untuk sebuah popularitas. Menyerang pribadi seseorang untuk kepuasan sendiri.

Teman dan lawan semakin susah diidentifikasi. Kenapa? Karena didepan kita mereka baik, namun dibelakang kita mereka menusuk dengan belati. Cantik sekali permainannya. Hello…ingatlah Allah mboten sare, karma itu akan berjalan bro.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline