Siapa sih yang nggak mau makan enak? Semua orang pasti mau. Apalagi kalau makanannya gratis, heu heu hanya orang yang lagi sakit gigi dan patah hati yang menolaknya mah.
Etapi ternyata, mau makan enak itu gampang-gampang susah. Lah piye to mak.
Misalnya gini nih, kita sudah pingin banget, makan Sirloin Steak. Pulang kerja langsung ngacir ke restorant. Eh nggak tahunya restorannya nutup dikarenakan daging sirloinnya beluam ready. Setelah di usut, eh tak tahunya tukang jagalnya lagi sibuk foto selfie sambil sesekali ngompasiana. Waks…..glundung –glundung.
Terus ada temen datang berkunjung sambil ngebawain kue brownies. Lah kok badan pas badan nggak enak body. Mau makan mulut nggak enak. Nasib ra mujur tenan yo! Nggak jadi makan enak lagi.
Hola ternyata saya baru ngeh, bahwasannya situasi,kondisi dan lain sebagainya bisa mempengaruhi makan itu jadi enak apa nggak.
Pada akhirnya saya menarik kesimpulan bila kita mau makan enak haruslah:
1. Disaat perut dalam keadaan lapar.
Makan dengan lauk sederhanapun akan terasa nikmat sekali. Sangat berbeda bila perut kita dalam kondisi kekeyangan, bukannya makan enak justru akan jadi eneg.
2. Tidak dalam keadaan sakit.
Herannya nih, kenapa pula justru kita dimanja banget, ditawarin makan apa saja supaya mau makan.
3. Tidak lagi diet.
Duh betapa tersiksanya liatin coklat, es cream dan makanan berlemak lainnya gegara takut timbangan naik.
4. Tidak dikejar-kejar deadline,debt collector atau anjing gila.
Alamak, boro-boro mau makan, ngelap iler aja rasanya susah sekali.
5. Lagi Pedekate.
Kalau yang satu ini mah, sing ade lawan*. Semua makanan jauh terasa lebih nikmat daripada sebelumnya. Karena ada yayang disamping kita. Apalagi makannya sambil lirik-lirikan, suap suap suapan. Jangankan makan di restorant elite, makan dikaki limapun serasa jadi VVIP.