Lihat ke Halaman Asli

Fidel Haman

Guru/Bloger

Madre Terra

Diperbarui: 24 November 2022   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Madre Terra alias ibu bumi. Begitu St. Fransiskus Assisi menyebut planet bumi tempat kita pijaki ini. Seperti ibu yang melahirkan kehidupan, demikianlah bumi ini melahirkan dan menumbuhkan segala sesuatu yang hidup.  Seperti ibu yang merawat anak-anaknya, ibu bumi merawat segala yang hidup sebagai anak yang lahir dari perutnya.

Seperti ibu yang menyusui dan menyuap, ibu bumi tak habis-habisnya menyusui dan menyuap segala yang hidup oleh segala yang tumbuh dari padanya. Air ia luapkan dari tubuhnya dan memberi hidup bagi semua yang hidup di sekitarnya. Apa yang lahir dari perutnya dijamin akan hidup, sebab segala yang dibutuhkan anak-anaknya sudah tersedia cukup oleh sang ibu bagi kehidupannya.

Namun, kita yang adalah anak-anaknya sering kali lupa akan jasa sang ibu. Keenakan menerima dan menerima, kita lupa memberi sebagai ucapan terimakasih. Kita menerima segalanya seolah-olah tanpa perlu mengucap terimakasih. Bahkan lama-kelamaan kita tidak puas dengan hanya menerima apa yang diberikan. Kita tidak lagi sabar untuk menerima saja dari sang ibu sesuai yang kita butuhkan. Kita malah mengambil sebelum waktunya menerima. Itulah ketidaksabaran dan kerakusan zaman ini.

Menerima berarti belajar sabar dan mencukupkan diri sesuai yang kita butuhkan. Apa yang diberikan tentu sesuai dengan yang kita butuhkan. Dan keutamaan sebagai penerima adalah ucapan terimakasih dan syukur. Sebab dia sadar segalanya bukan berasal dari dirinya tetapi diberikan. Dan apa yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Merasa cukup adalah keutamaan lain sebagai penerima.

 Mengambil dengan jelas menggambarkan ketidaksabaran dan kerakusan. Bukan tidak mungkin saat mengambil, bayang-bayang keegoisan akan muncul. Dan tindakan ini sering kali tidak dilandasi kesadaran diri tentang apa yang dibutuhkan. Kita sering kali mengambil bukan karena kebutuhan tetapi karena keinginan. Dan di sanalah nampak jelas keegoisan kita.

Keegoisan bahkan kita lakukan terhadap ibu kita sendiri, ibu bumi. Kita mengambil dari perutnya lebih dari yang kita butuhkan. Kita melukai ibu kita dengan tindakan eksploitasi besar-besaran. Ibu bumi terluka dan bopeng. Ia sedih dan menangis selain karena nyeri dan perih akan luka-luka yang kita buat, tetapi juga meratapi anak-anaknya yang hilang kesadaran. Ia meratapi anak-anaknya yang tidak lagi ingin menunggu diberi tetapi rakus dan ingin mengambil sendiri sesuai keinginan hatinya.  Dengan itu, pantaskah kita masih disebut anak bagi sang ibu?

Madre Terra atau Ibu Bumi adalah ajakan untuk kembali menyadari eksistensi kita sebagai anak-anak. Sebagaimana ibu yang selalu kita hormati lebih dari siapa pun, demikian juga perlakuan kita terhadap ibu bumi harus dilandasi sikap hormat. Sebagaimana kita yakin bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu, demikian pun terhadap ibu bumi kita, bumi membuat kita hidup, selamat dan bahagia. Sebagaimana kita dirawat dengan penuh kasih, demikian pun sebaliknya kita merawat ibu kita bersama, agar dengan itu kita pun hidup, selamat dan bahagia. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline