Lihat ke Halaman Asli

Adik Wibowo

Beyond Blogging

Alas Ndonoloyo dan Tutur Putra Bengawan Solo

Diperbarui: 19 Januari 2024   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gallery Nunggaksemi

Gerimis terus membasahi sepanjang jalan Parangjoro - Slogohimo Wonogiri. Tak kencan maka kejadian. Tak janjian tapi sanggup menghilangkan kerinduan mbolang dan tadabur alam. Itulah perjalanan Kidang Kepalang Wening yang berhasil dirangkai Pak Ratman dalam geguritan. Menggambarkan bagaimana saya dan pak Larso diajak untuk silaturahim ke Mas Ladrang. Seorang Guru Penggerak di salah satu SMA di Slogohimo. 

Beliau aktif dalam nguri-uri literasi kehidupan. Kami bertiga dari Parangjoro - Sukoharjo, yaitu sebuah desa kecil di pinggir Bengawan Solo Purba dalam misi Angonrasa Nunggaksemi. 

Setelah berhasil menyantap nasi goreng dan bakmi goreng di warung Mie Pak Karni Slogohimo kami bersiap untuk pindah tempat diskusi lintas pengajar ke Bangsal Cagar Alam Ndonoloyo. 

"Betul Nasgor Thek Sek mas Ladrang". Pernyataan Pak Ratman dengan gelengan kepala tak yakin menghabiskannya. Membuktikan istilah nasgor porsi jumbo yang disebut mas Ladrang itu benar murah dan besar porsinya.  

Gallery Nunggaksemi

Melaju roda empat, menyusur jalanan kampung yang semakin sempit peluang karena rombongan penduduk kampung berjalan pulang usai tahlilan. Berpayung dan berjalan beriringan. Tangan menenteng bingkisan atau yang biasa orang kampungku menyebut berkat. Kami memperpelan laju. Sedikit waktu kita sampai juga di hutan Ndonoloyo. 

Gallery Nunggaksemi

"Jadi kami waktu kecil sudah tak asing dengan istilah Ndonoloyo pak". Ucapku kepada Pak larso. 

Istilah Ndonoloyo memang tak asing bagi penduduk Desa Parangjoro. Padahal berjarak enam puluh kilometeran masa kecil kami lekat dengan kewingitan alas Ndonoloyo. Jika ada batang pohon tersangkut di pinggir kali, tak akan ada orang yang usil menyentuh atau mengangkatnya ke daratan. Kami sudah lebih dulu paham dengan ilah-ilah sesepuh agar lebih baik membiarkan kayu-kayu tersebut hanyut dengan sendirinya. 

Tutur bersambung ke masa kecilku jikalau kayu-kayu tersebut adalah kayu dari alas Ndonoloyo yang dikirim ke Keraton Solo. Kayu yang memiliki kewingitan tersendiri. Konon diceritakan pula bahwa beberapa Saka Masjid Demak itu kayunya dari Ndonoloyo. Bagaimana proses transporting sampai di Demak sana? Kasak-kusuk berbumbu mistis mendominasi cerita di masa kecil kami. Hingga sekarang belum pula terperikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline