Lihat ke Halaman Asli

Kuterjatuh Depan Rumah-Mu

Diperbarui: 17 April 2023   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore hari aku pergi memfotocopy buku materi perkuliahan di sebuah layanan fotocopy yang jaraknya kurang lebih dua kilometer dari rumah. Padahal jarak 500 meter ada dekat rumah. Tapi aku memilih yang jauh, karena di sebelahnya ada warnet yang murah. Akupun minta ijin pada ayah untuk keluar rumah.

"Pulangnya jangan malam-malam, jam 10.00 sudah di rumah, " pesan ayahku.

"Iya Pak" jawabku sambil keluar rumah mengendarai sepeda motor honda supra fit. Tak lama kemudian, sampailah aku di tempat fotocopy, tapi buku materi kuliah yang hendak dicopy, ketinggalan di rumah.

"Gak jadi fotocopy nih, tapi aku sudah terlanjur disini, '' pikirku dalam hati.

" ngenet dulu di warnet satu jam saja, nanti baru pulang ke rumah." Akupun pergi ke warnet. Aku pun mulai chating cari gebetan di MiRC dan Yahoo messenger, sebuah aplikasi chatting yang populer di tahun 2000-2005.

Karena keasyikan chating, tidak terasa tiga jam aku berada di warnet. Akupun teringat pesan ayah. Aku harus segera pulang ke rumah, kalau tidak pintu pagar akan dikunci ayah. Pulanglah aku melalui jalan pintas, sebuah jalan kecil yang lalu lintas nya sangat sepi.

Tidak biasanya aku lewat jalan tersebut. Karena selama ini selalu melewati jalan raya utama. Di jalan kecil yang sepi aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang.

Ketika mendekati sebuah masjid, tiba-tiba mataku silau oleh sinar lampu sepeda motor di depanku yang dikendarai seorang ibu bersama anaknya. Akhirnya kaca spion sepeda motorku bersentuhan dengan sepeda motor di depanku. Sepeda motor terasa oleng dan braaak… . motor ku terjatuh dan aku dalam keadaan berdiri.

Dan terdengar suara tangis ibu tersebut, karena motor dan ibu tersebut terjatuh mencium aspal. Rupanya ibu tersebut tangannya terluka. Dan anaknya selamat tidak mengalami luka sedikit pun.

Tiba-tiba banyak warga berdatangan, mereka menuntutku untuk bertanggungjawab untuk pengobatan ibu tersebut. Aku yang sangat ketakutan terpaksa menuruti permintaan mereka, daripada dikeroyok. Padahal aku merasa tidak bersalah.

Maka berangkatlah aku dan ibu tersebut ke Unit Gawat Darurat di sebuah rumah sakit provinsi. Dalam perjalanan aku menelpon ayah, karena terlambat pulang, dan pergi ke rumah sakit dan mohon dijemput, karena motor rusak akibat kecelakaan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline