Sebuah pengalaman yang berharga telah terjadi dalam hidupku, dimana perjuangan mempertahankan kehidupan yang penuh cobaan dan ujian. Ujian hidup yang begitu sangat beratnya bagiku berupa nikmatnya sakit yang diberikan pada Allah SWT kepadaku.
Sebelumnya 4 tahun yang lalu tahun 2017, aku mengalami gejala batuk sekitar kurang lebih 1 bulan, dan mengalami kondisi ngedrop sehabis kehujanan, pada malam harinya mual-mual dan sesak nafas setiap mau berbaring tidur dan malam-malam sebelumnya seringnya terbangun untuk buang air kecil. Keesokannya harinya periksa dan Rontgen di Rumah Sakit Kasih Ibu, Kedonganan, dimana hasilnya terdapat pembengkakan jantung yang mendorong ke paru-paru. Siang harinya periksa di Rumah Sakit Udayana, Jimbaran dengan Diagnosis bronchitis.
Dari pemeriksaan kedua rumah sakit tersebut, kemudian mencari rujukan ke dokter Spesialis Penyakit Dalam. Setelah mendapat rujukan dokter spesialis penyakit dalam pada RSU Suryahusadha Nusa Dua, dengan membawa hasil rontgen sebelumnya, dokter penyakit dalam mendiagnosa penyakitku adalah hipertensi dan gagal jantung, dimana paru-paruku banyak terdapat cairan yang menyebabkan sesak nafas. Setelah menjalani pengobatan selama 1 minggu, maka dilakukan cek darah terhadap fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan fungsi ginjal, oleh dokter aku divonis sakit gagal ginjal stadium 4. Kemudian aku secara rutin melakukan kontrol kesehatan, dimana diawal-awal aku sakit, berat tubuhku menurun secara drastis dari 86 kg menjadi 69 kg. Dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 s/d 2021) aku selalu rutin cek darah untuk fungsi ginjal, dimana aku berusaha untuk mencegah agar kreatinin ginjalku tidak mencapai angka 10, karena kalau sudah mencapai angka 10, akan dilakukan cuci darah. Mendengar kata cuci darah merupakan sesuatu yang mengerikan. Tapi setiap kontrol, dokter selalu mengingatkan supaya kreatinin dijaga agar tidak sampai angka 10. Selama kontrol 4 tahun, kreatinin naik turun dan pada akhirnya sempat naik menjadi 10, tapi oleh dokter diberi kesempatan untuk cek darah ulang, dimana hasilnya kreatininnya turun menjadi 7.
Alhamdulillah setelah turun menjadi 7, di tahun 2021 ini berusaha untuk menjaga kreatinin tidak naik, namun setiap kontrol, kreatinin cenderung naik dan turunnya juga sedikit.Pemeriksaan di bulan Juni 2021, kreatinin mencapai angka 8.
Pada suatu ketika, disaat-saat setelah aku melakukan perjalanan jauh yaitu pulang ke Jawa menengok orang tua. Di Jawa, aku tidak banyak ke mana-mana, karena di daerah kediaman orang tuaku banyak yang terkena Covid 19. Jadi aku tinggal di rumah mertua. Sekembalinya dari Jawa, aku libur 1 minggu untuk isolasi diri dan mulai bekerja setelah tes anti gen, yang mana hasilnya negatif. Setelah tes antigen, mulailah kondisi kesehatannya aku ngedrop, aku merasakan kehilangan selera makan, tangan gak bisa digunakan untuk menulis, karena gemetaran. 2 minggu setelah Tes Antigen, aku mengalami mual-mual dan muntah, sehingga pada malam hari tanggal 11 Juli 2021, aku bersama istri menuju IGD RSU Suryahusadha Nusa Dua.
Di IGD, aku mulai mengalami kehilangan kesadaranku, segala apa yang kulihat, aku ucapkan, aku tidak ingat sama sekali. Ini karena terjadinya efek pengentalan darah dan dari hasil rontgen terdapat bercak-bercak pada paru-paru, dari gejala-gejala tersebut dicurigai terkena Covid 19. Akhirnya di tes secara PCR yang hasilnya dikirim ke RSU Udayana Jimbaran, dan hasil pemeriksaan dinyatakan positif Covid 19. Mulailah aku dirawat di ruang isolasi untuk pasien Covid 19.
Virus Covid 19 menyerangku tanpa gejala seperti pada umumnya orang-orang yang mengalami anosmia (kehilangan indera perasa). Dengan badai sitokin covid 19 mengakibatkan komplikasi pada kesehatanku seperti Pnemonia pada paru-paru, jantung, gagal ginjal kronis menjadi stadium 5, kreatin dari 8 melonjak menjadi 23, sehingga mengharuskan untuk cuci darah. Cuci Darah dilakukan 3 kali seminggu pada awalnya, yang sekarang sudah menjadi 2 kali seminggu.
Pada kurun 1 minggu pertama saat perawatan di ruang isolasi, aku mengalami hilang kesadaran. Diajak bicara, menjawab tapi banyak yang tidak ingatnya.Dan aku mengalami halusinasi melalui mimpi tidur dan tidur lagi. Dan setelah 1 minggu kesadaranku mulai kembali, dengan aku melihat istriku disampingku. Aku menyadari, bahwa aku sedang dirawat di rumah sakit. Akupun ikhlas dan ridho menerima kenyataan bahwa diriku menjadi pasien di rumah sakit.
Selama dalam perawatan di rumah sakit, aku banyak mengalami halusinasi dan kejadian yang masih selalu terngiang-ngiang adalah pada saat tidur di rumah sakit, telingaku mendengar suara orang-orang bersholawat. Astaghfirullah robbal baroya....dan seterusnya, hingga aku terbangun dan air mata mengalir menetes membasahi pipi. Rupanya Allah SWT masih sayang kepadaku, mengingatku yang selama ini telah lalai dalam melaksanakan ibadah, banyak sibuk dengan pekerjaan. Aku merasakan nikmatnya sakit dari Allah sebagai ujian hidup.
Kuta Selatan, 3 November 2021