Lihat ke Halaman Asli

Fibrisio H Marbun

Pejalan kaki

Tanpa Mentor Secanggih Google, Anak Bisa Semakin Mandiri

Diperbarui: 21 September 2020   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/ banjarnegarambs.wordpress.com

Metode pembelajaran jarak jauh akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak pemerhati pendidikan. Penutupan sekolah selama pandemi mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring. Metode pembelajaran ini sesuai dengan Surat Edaran No. 4 Tahun 2020 yang berisi tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Sejak diberlakukannya metode pembelajaran ini, banyak kendala yang dihadapi baik dari pihak pendidik, pelalajar, hingga orang tua. Tak sedikit pula yang meragukan substansi pembelajaran sesuai kurikulum akan tersampaikan melalui metode ini. Mengingat ada empat kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dalam proses belajar mengajar. Empat kompetensi tersebut meliputi Critical Thinking, Collaboration, Communication, Creativity. Keempat kompetensi ini akan efektif ketika proses belajar mengajar dilakukan di sekolah.

Aspek lain yang menjadi sorotan pembelajaran dari adalah infrastruktur yang dimiliki oleh pelajar. Hal ini tentunya berkaitan dengan sarana & prasarana yang dimiliki seperti alat komunikasi hingga akses internet. Mengapa aspek ini menjadi sangat penting? Karena mustahil pelajar mengikuti proses pembelajaran jarak jauh ketika tidak mempunyai alat komunikasi & akses internet.

Pada tulisan ini, saya beranggapan semua pelajar beruntung. Keberuntungan disini adalah semua bisa dengan mudah mengikuti proses belajar mengajar. Walaupun hal tersebut masih sebatas asumsi pribadi.

Ketika proses pembelajaran jarak jauh, idealnya orang tua menjadi mentor menggantikan peran guru. Relasi orang tua anak akan terjalin secara optimal, kemudian orang tua kan bisa memantau perkembangan belajar anak secara langsung.

Lalu bagaimana anak-anak yang belajar di rumah tanpa mentor?

Beberapa hari lalu saya berdiskusi dengan teman tentang peran orang tua dalam mendampingi anak selama proses belajar di rumah. Hal ini berkaitan kebiasaan & pola pikir masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pada umumnya Ibu yang melahirkan dan membesarkan anak hingga dewasa, bapak yang menafkahi kebutuhan keluarga. Sekolah mendidik anak hingga remaja & mempersiapkan kehidupan dewasanya kelak. Asumsi saya tentang kebiasaan ini adalah ketika orang tua telah bayar uang sekolah, maka orang tua berhak atas laporan semester anak dari sekolah. Masa depan pendidikan anak diserahkan kepada lembaga pendidikan. Bisa diasumsikan orang tua akan kesulitan dalam menjalakan perannya sebagai mentor saat belajar di rumah.

Status pekerjaan orang tua juga akan mempengaruhi perannya sebagai mentor. Jika Bapak di rumah aja pada masa pandemik, ada kesempatan untuk mendampingi anak saat belajar daring. Belum lagi orang tua dengan status single parent, akan sulit memberikan pendampingan kepada anak saat proses pembelajaran.

Belajar Daring, Anak Semakin Mandiri

Selama pandemi perkembangan teknologi sesungguhnya memudahkan proses pembelajaran dari rumah. Selain mengikuti modul yang disediakan sekolah, anak-anak juga bisa mengakses platform belajar online hingga menyaksikan pembelajaran dari televisi pemerintah. Syarat utamanya adalah setiap anak sudah mempunyai akses terhadap fasilitas belajar online.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline