Potongan harga adalah hal yang disukai banyak orang. Sedangkan, berpergian di tengah terik matahari adalah hal yang dibenci banyak orang. Hal ini sesuai dengan benefit yang ditawarkan oleh online shopping. Seperti yang kita tahu, online shopping atau berbelanja online menjadi salah satu andalan berbagai generasi saat ini. Kemudahan akses dan perbedaan harga menjadi alasan pokok dimana jual beli ini memiliki pasar. Dikutip dari dataindonesia.id menyebut bahwa "menurut hasil survei Populix, 63% dari 1.086 responden di dalam negeri menyatakan lebih menyukai belanja online pada awal 2023."
Lalu, apakah hal tersebut berpengaruh terhadap lingkungan? Mari kita telusuri!
Sejak pandemi COVID-19 terjadi, masyarakat diharuskan mengikuti aturan PPKM dimana berbarengan dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat akan belanja online.
Dilansir dari lipi.com "96% paket dibungkus dengan plastik yang tebal dan ditambah dengan bubble wrap. Padahal selotip, bungkus plastik, dan bubble wrap merupakan pembungkus berbahan plastik yang paling sering ditemukan. Bahkan di kawasan Jabodetabek, jumlah sampah plastik dari bungkus paket mengungguli jumlah sampah plastik dari kemasan yang dibeli."
Bagaimana jika digabungkan dengan daerah lain?. Ratusan hingga ribuan ton sampah plastik yang kita hasilkan setiap hari. Namun, tiap individu berpikiran bahwa, ia hanya menghasilkan 10 -- 20 sampah perhari. Sayangnya, mereka lupa mengalikan sampah tersebut dengan umurnya.
Dan seperti yang kita tahu, plastik tidak bisa terurai. Hingga kita tiada pun, kita meninggalkan warisan berupa puluhan ribu sampah plastik.
Kejadian ini bisa menjadi refleksi bagi para penjual untuk mulai aware dengan lingkungan sekitar. Namun, beberapa penjual jelas tidak bisa sadar dengan sednirinya tanpa adanya peraturan tertulis dari pemerintah pusat. Karena sejatinya, perubahan sangat sulit digerakan dari bawah ke atas. Akan lebih mudah ketika dilakukan dari atas ke bawah.
Di samping itu, sebagai konsumen kita juga bisa turut serta mengingatkan penjual toko dengan meninggalkan kritik dan saran yang membangun pada laman pembelian. Bahkan dilansir dari dbs.com, dengan special request kita bisa meminta agar pembelian kita dikemas dengan pembungkus yang lebih ramah lingkungan. Seharusnya permintaan ini tidak menambah biaya, sebab pembungkus yang digunakan pun bisa dipilih dengan bahan kardus, serta menggunakan cacahan kertas bekas sebagai pelindung barang.
Selain hal di atas, jual beli offline juga sudah berusaha merealisasikan pengurangan sampah plastik. Contohnya, supermarket besar di Kota Semarang sudah melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai. Sehingga mau tidak mau masyarakat pun juga akan membawa tas belanjanya sendiri, atau meminta untuk dibungkus dengan kardus.