Lihat ke Halaman Asli

Fianisa

Mahasiswi

Kota Semarang Dibersamai Polusi yang Memuakkan

Diperbarui: 25 Februari 2023   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

terlihat pada gambar terdapat kabut kabut tipis (Dokpri)

Pandemi COVID-19 rupanya memberikan dampak baik bagi lingkungan sekitar. 

Berkurangnya aktivitas manusia mampu memberikan istirahat sejenak bagi bumi kita. Hal ini berarti, intensitas manusia 'yang berlebihan' merupakan salah satu faktor berkurangnya umur planet ini. Contohnya asap kendaraan bermotor, asap pabrik, bencana alam, sampah, bahkan residu rumah tangga.

Menurut Oxford Living Dictionaries, Pencemaran lingkungan adalah masuknya suatu zat yang memiliki efek berbahaya atau beracun ke lingkungan. Karbon dioksida, karbon monoksida, metana, polutan, sisa pencernaan hewan, dan masih banyak lagi zat zat berbahaya terkandung dalam udara yang kita hirup selama ini.

Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Tak khayal bila padat penduduk, dan langit biru kadang menjadi abu abu. Menurut iqair, per tanggal 9 Februari 2023 pukul 09.00 WIB, Semarang berada di tingkat sedang dengan kadar polutan PM2.5, atau partikel halus di udara lebih kecil dari 2.5 milikron.

Bisa dibayangkan apabila partikel berbahaya sehalus itu masuk ke tubuh kita terus menerus bukan?

Apabila dibandingkan dengan Jakarta, menurut aqi.in memang kualitas udara kita jauh lebih baik. Namun, tidak ada salahnya apabila melindungi diri dan turut serta mengurangi pencemaran udara di kota kita ini.

Bahkan dilansir dari kompas.com, Pakar paru-paru Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) menyebutkan, dampak polusi udara dapat memangkas usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata 1,2 tahun. Perlu diketahui, menurut data Healthy Adjusted Life Expectancy (HALE) oleh WHO pada 2019, rata-rata usia harapan hidup orang Indonesia 62,8 tahun. Usia tersebut masih di bawah standar usia harapan hidup WHO yakni 71,3 tahun. Dan setiap kota di Indonesia berperan untuk mengubah angka harapan hidup ini, termasuk Kota Semarang.

Lalu bagaimana perlindungan dan perbaikan yang harus kita lakukan? Apakah harus menggunakan baju hazmat?

Tentu tidak, dr.Alberta Jesslyn Gunardi.BMedSc Hons, dilansir dari klikdokter.com menyarankan, kurangi aktivitas di luar ruangan, namun apabila memang harus dan udara di sekitar terasa sangat berbau, kotor, dan lengket, pakailah masker. Namun harus masker yang aman, karena sebuah penelitian dari Institute of Occupational Medicine menemukan bahwa rata-rata kebocoran terjadi sebanyak 66 persen selama digunakan saat aktivitas.

Jaga kesehatan tubuh dengan olahraga. Namun, hindari berolahraga di jam rush hour dan segera mandi saat sudah sampai di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline