Lihat ke Halaman Asli

Fian Fian

Si vis pacem, para bellum

Jerih Payah dan Darah Kiai-Santri, Aktor Utama Kemerdekaan Indonesia (Hari Santri 2019)

Diperbarui: 24 Oktober 2019   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jerih Payah dan Keringat Kiai-Santri, Pahlawan Utama Kemerdekaan Indonesia

Santri siapakah itu? Ya, santri identik dengan seorang siswa yang sedang mengenyam berbagai ilmu dan agamanya dengan tujuan untuk menjadikan dirinya seseorang yang bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan meraih ridho Allah semata baik untuk kemaslahatan dunia maupun akhirat.

Mereka tinggal di sebuah lembaga yang biasa disebut dengan "Pondok Pesantren" bersama seorang kiai sebagai figur utama dan masjid sebagai sentral tempat yang menjiwainya. Ketika mereka tinggal dibawah naungan pendidikan pondok, mereka selalu dididik dan dibiasakan untuk hidup sederhana, saling membantu, dan mandiri dalam segala aktifits.

Semua hal tersebut tentulah membuat mereka dipercaya dan diharapkan banyak orang untuk dapat membawa perubahan negeri ke arah yang lebih baik. Dari sekian banyak eksistensi yang diwujudkan oleh santri, torehan paling tidak boleh dilupakan adalah jasanya dalam mewujudkan kemerdekaan NKRI.

Coba kita kembali ke masa lampau, siapakah yang telah mengeruk kekayaan alam dan jiwa pribumi rakyat Indonesia? Lalu siapakah yang selalu tercatat sebagai seorang pahlawan negeri Indonesia dalam kemerdekaan?

Siapakah pahlawan kiai-santri tersebut? Beberapa diantaranya ialah KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahid Hasyim, Pangeran Diponegoro, KH. Idan Cholid, Bung Tomo hingga beberapa pahlawan yang diisukan bukan berasal dari agama Islam yaitu Pangeran Pattimura dengan nama asli Ahmad Lussy.

Tidakkah kita sadari, bahwa sebenarnya santri adalah aktor utama peraih kemerdekaan Indonesia? Jika santri dan ulama ketika itu diam saja, tentu sampai saat ini kita tidak mungkin sedang asik untuk berinteraksi dengan gadget dan lain sebagainya.

Sifat Islam, santri dan ulama yang memiliki kesamaan tujuan dan perspektif yaitu anti-penjajah dan anti-penjajahan membuat mereka harus mencari cara bagaimana agar negeri ini bisa bebass dari belenggu penjajahan.

Karena memang Islam tidak hanya mengajarkan seputar lini ibadah, melainkan juga sengat mengutamakan hablu mina-n-nas atau mu'amalah sesama makhluk atau manusia. Dengan segala pengorbanannya santri berusaha untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan. Tapi apa balasan negeri kita? Apa balasan pemerintah terhadap kehidupan santri?

Pemerintah dengan sebagian orang yang berpikir pendek dengan lancangnya membubarkan pengajian di majlis ta'lim, membubarkan ormas-ormas Islam yang dituduh sebagai sumber radikal dan teroris hingga penangkapan ulama yang dituduh mencuri dsb.

Terungkaplah tabir yang sebenarnya, bahwa pemerintah atau sebagian orang tersebut takut dengan adanya kiprah santri dan ulama. Para pejabat itu takut, kalau jalan pencaharian kekayaan mereka akan dibatasi dengan meluasnya syari'at agama. Beberapa hari lalu adalah Hari Santri 2019, apakah di era digital ini beberapa orang tersebut masih akan meremehkan seorang santri dan kiai?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline