Lihat ke Halaman Asli

Fian Fian

Si vis pacem, para bellum

Keberhasilan Diplomasi Abul Abbas As-Shaffah, Khalifah Pertama Dinasti Abbasiyyah

Diperbarui: 18 Oktober 2019   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak sekali propaganda yang gencar dilkasanakan oleh Dinasti Abbasiyyah, dan propaganda tersebut tentu dilaksanakan dengan cara yang rahasia. Namun, Ibrahim, pendiri Abbasiyah terongkar kedoknya oleh Marwan bin Muhammad untuk mendirikan dinasti Islam baru dan akhirnya Ibrahim ditangkap dan dieksekusi di Haran. Sebelumnya, ia telah berpesan kepada adiknya, Abul Abbas untuk menjadi penggantinya.

Adapun kekuasaan Umayyah di Kufah berhasil ditaklukan oleh Abbasiyyah pada 132 H dengan iringan Abul Abbas, Abu Ja'far, Isa bin Musa dan Abdullah bin Ali dari Humaimah ke Kufah. 

Pergantian masa pemerintahan Bani Umayyah oleh Abbasiyyah dalam kepemimpinannya lebih dari sekedar pergantian dinasti. Pergantian ini tercatat sebagai sebuah revolusi layaknya yang terjadi dengan Revolusi Perancis  dan Rusia dalam sejarah Barat.

Abul Abbas Ash-Shafah mampu meyakinkan rakyatnya untuk bersumpah setia kepadanya sebagai khalifah pertama mereka. Banyak literatur yang mengatakan bahwa ketika meninggal umurnya tidak lebih dari 33 tahun atau 29 tahun. 

Hal tersebut menununjukkan bahwa dengan umurnya yang masih muda, ia mampu menunjukkan bahwa dirinya mampu berkuasa dengan durasi sekitar 4 tahun 9 bulan.

Secara politik, pada era pertama ini, tokoh-tokoh Abbasiyyah adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat sebagai figur utama atau sosok agamawan dan politikus. Abul Abbaspun mampu membawa masyarakatnya ke keadaan makmur di tingkat tertinggi. 

Tidak hanya itu, ia juga mampu menyiapkan landasan yang kokoh bagi umat Islam dalam mempersiapkan perkembangan filsafat, sastra dan ilmu pengetahuan yang enjadi landasan emas umat.

Ia dijuluki ash Shaffah karena ia pernah berpidato di depan penduduk Kufah bahwasannya ia adalah seorang al-saffah al-mubih atau penumpah darah yang halal dan seorang yang siap membinasakan siapapun atau al-tsair al mubir.

Disadur dari Sejarah Peradaban Islam Terlengkap oleh Rizem Aizid




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline