Lihat ke Halaman Asli

Fia afifaturrohmah

Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Pola Asuh dan Kesehatan Mental Anak

Diperbarui: 31 Mei 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

POLA ASUH DAN KESEHATAN MENTAL ANAK

PENDAHULUAN

Orang tua berfungsi sebagai panutan yang bisa dilihat dan ditiru oleh anak-anak dalam keluarga. Oleh karena itu, setiap pola asuh harus menciptakan rasa nyaman serta diperkuat dengan batasan norma yang mencegah perilaku menyimpang pada anak (Salimar, Hastuti, & Latifah, 2011). Ketika pola asuh tidak diterapkan dengan baik dan benar, sering kali muncul masalah dan konflik, baik di dalam diri anak maupun antara anak dengan orang tua, serta dengan lingkungannya.

Saat ini, meskipun orang tua secara dasar menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka, tanpa disadari mereka juga sering melakukan kesalahan dalam pola asuh. Beberapa kesalahan tersebut antara lain:

1. Memberikan terlalu banyak pilihan. Memberikan terlalu banyak pilihan dapat membuat anak merasa kewalahan. 

2. Memanjakan anak secara berlebihan. Memenuhi setiap permintaan anak dapat membuat mereka sulit merasa puas dan cenderung memaksa.

3. Membuat anak terlalu sibuk. Anak yang terlalu sibuk tidak hanya berisiko kelelahan, tetapi juga bisa menjadi korban bullying.

4. Menganggap kepintaran sebagai yang paling penting. Membanggakan prestasi akademik anak secara berlebihan dapat membuat mereka menjadi sombong dan meremehkan orang lain, sehingga dijauhi oleh teman-temannya.

5. Menghindari topik sensitif seperti seks. Banyak orang tua yang takut membahas soal seks dan berpikir bahwa menghindari topik ini dapat melindungi anak dari perilaku seksual yang tidak pantas. Padahal, pendidikan seks sebaiknya dimulai sejak dini sesuai dengan tingkat pemahaman anak.

6. Terlalu sering mengkritik. Anak yang sering dikritik oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri atau menuntut kesempurnaan dalam segala hal. Ketika melakukan kesalahan, mereka merasa tidak berguna dan marah.

7. Membiarkan anak terlalu banyak menonton TV atau bermain gadget. Batasi waktu penggunaan perangkat elektronik seperti televisi, ponsel, atau gadget lainnya. Sebaiknya anak tidak diperkenalkan dengan gadget sebelum usia dua tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline