Lihat ke Halaman Asli

Freddy H

Mahasiswa

Perjuangan ke Negeri Kanguru di Masa Pandemi

Diperbarui: 21 Juni 2021   10:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pandemi COVID 19 menghasilkan berbagai perubahan yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan kita. Salah satu sektor yang mengalami perubahan yang sangat nyata adalah sektor transportasi udara.

Kita yang dulunya hanya membutuhkan identitas diri dan tiket untuk melakukan perjalanan domestik, kini harus menyertakan dokumen tambahan seperti hasil tes PCR/ rapid test, dan menginstal serta mengisi eHAC (Indonesia Health Alert Card).

Persyaratan ini akan lebih kompleks lagi bila kita melakukan perjalanan ke luar negeri. Dalam tulisan ini, Saya akan berbagai pengalaman Ketika melakukan perjalanan ke negeri kanguru, Australia.

Saya adalah seorang mahasiswa pasca sarjana di salah satu univeritas di Australia. Seharusnya, Saya sudah harus berada di Australia sejak Januari tahun 2021. Akan tetapi, pandemi COVID 19 memaksa pemerintah Australia untuk menutup negara mereka. Akibatnya, Saya dan mungkin ratusan mahasiswa Indonesia lainnya harus melakukan kegiatan perkuliahan secara online.

Berhubung kegiatan penelitian Saya dilakukan di Australia, maka Saya dan Supervisor Saya melakukan berbagai upaya supaya Saya bisa melakukan penelitian di Australia seperti mengajukan travel exemption (syarat masuk ke Australia di masa pandemi ini).

Meskipun pada awalnya Saya ditolak, Saya akhirnya berhasill mendapatkan travel exemption pada pengajuan berikutnya. Setelah mendapatkan travel exemption, Supervisor Saya mendesak Saya untuk berangkat secepatnya karena pemberitaan mengenai COVID di Indonesia berpotensi membawa masalah baru bagi Saya.

Akan tetapi, perjuangan mencapai negeri kanguru ini ternyata tidak mudah juga. Tiket pesawat sat ini sangat mahal, dan pada waktu itu Saya tidak menemukan satu pun penerbangan langsung dari Indonesia ke Australia. Akhirnya, Supervisor Saya memutuskan untuk mengambil tiket yang transit di Tokyo dengan maskapai yang berbeda (Garuda & ANA).

Pada awalnya, Saya kurang nyaman dengan pilihan ini karena menurut Saya berangkat menggunakan maskapai yang berbeda akan sangat beresiko. Saya juga sangat khawatir terkait system transit di Tokyo yang pada akhirnya nanti akan membuat Saya kesulitan.

Sebelum melakukan perjalanan, Saya melengkapi berbagai dokumen yang dibutuhkan terutama test PCR berbahasa Inggris di institusi yang direkomendasikan oleh Garuda.

Saya juga menyiapkan hasil test PCR dalam format yang diminta oleh pemerintah Jepang sebagai langkah antisipasi apabila diperlukan. Masa berlaku test PCR ini adalah 3x24 jam dari pengambilan sampel. Untuk Australia, kita juga harus mengisi Australia Travel Declaration minimal 72 jam sebelum melakukan perjalanan.

Saat melakukan check in di Jakarta, petugas Garuda memeriksa berbagai dokumen yang Saya miliki. Saya juga menginformasikan ke petugas bahwa tujuan akhir Saya adalah Sydney, dan Saya juga meminta mereka meneruskan bagasi Saya ke maskapai ANA sehingga bagasi Saya bisa diambil di Sydney.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline