Lihat ke Halaman Asli

yy

Unhan

Energi Terbarukan Merupakan Solusi Atasi Krisis Energi dan Perathanan dari Dampak Konflik Rusia-Ukraina

Diperbarui: 14 November 2023   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perang antara Rusia dan Ukraina telah berkontribusi pada krisis energi dan pangan global yang memperburuk ekonomi dunia setelah dilanda pandemi Covid-19 selama dua tahun.Sekarang dunia menghadapi krisis energi dan pangan. Saya di sini. Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina memainkan peran strategis dalam rantai pasokan perdagangan internasional, yang berdampak signifikan terhadap ekonomi global.

Indonesia juga terkena imbas gejolak ekonomi global dengan kenaikan harga bahan baku batu bara dan minyak sawit (CPO). Hal ini akan mempengaruhi anggaran negara karena alokasi subsidi dan kompensasi meningkat. Berbagai pilihan kebijakan harus dinegosiasikan untuk mempertahankan pasokan minyak global dan mengembalikan harga minyak ke tingkat sebelum perang. 

Kita juga perlu mempercepat respons kita terhadap krisis pangan dan energi.

Harga bahan baku energi berubah pada tingkat yang ekstrim di seluruh dunia. Hal ini juga menjadi ancaman bagi perekonomian, mempengaruhi arah perbaikan ekonomi global. Situasi ekstrem ini tercermin dari kenaikan harga minyak yang telah meningkat 350% selama dua tahun terakhir. Peningkatan terbesar dalam dua tahun sejak 1997. Sementara itu, harga gas alam Eropa naik 60% dalam dua minggu.

Ada dua paradigma utama di seluruh dunia untuk mencapai emisi nol karbon bersih antara tahun 2050 dan 2060. Negara-negara Eropa fokus mengembangkan energi terbarukan dan membatasi eksplorasi minyak dan gas, termasuk penggunaan batu bara.

Amerika Serikat, di sisi lain, bersikeras bahwa bahan bakar fosil akan tetap menjadi sumber energi utamanya. Amerika Serikat menanggapi dampak peningkatan karbon dalam penggunaan bahan bakar fosil dengan mengoptimalkan teknologi.
Sejak tahun lalu, Eropa dilanda krisis energi. Situasi memburuk ketika Perang Rusia-Ukraina pecah. Eropa kini menanggapi ancaman energi ini dengan mendorong kembali eksplorasi dan pengembangan minyak.

Diketahui, banyak negara Eropa melakukan berbagai upaya untuk memulihkan pasokan energi. Apalagi akhir dari perang antara Rusia dan Ukraina belum diketahui secara pasti. Misalnya, Norwegia yang sebelumnya berusaha memproduksi antara 4 hingga 1 juta barel minyak dan gas per hari pada tahun 2050, kini menawarkan blok migas baru.

Energi baru dan terbarukan dalam bauran energi dipandang sebagai solusi untuk mengatasi krisis energi saat ini akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang mendorong kenaikan harga minyak dunia. Tidak ada jaminan harga BBM tidak akan naik lagi di masa mendatang. 

Oleh karena itu, Indonesia harus meningkatkan penggunaan biodiesel, gasifikasi batubara dan biomassa. Kendaraan listrik juga merupakan pilihan yang baik. Norwegia, misalnya, telah mencapai 94% dan subsidinya menyasar hak masyarakat.

Dengan naiknya harga bahan bakar, insentif bagi masyarakat datang dalam bentuk uang tunai langsung dan bantuan sosial, tetapi juga dalam bentuk subsidi untuk kompor listrik dan kendaraan listrik. Penyebaran kompor listrik dan mobil listrik melalui subsidi tentu akan menguntungkan masyarakat. Hal ini sejalan dengan program pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia.

Sudah saatnya Indonesia memprioritaskan dan meningkatkan energi bersih dalam bauran energinya sehingga dapat menentukan bahan bakar yang tidak berkelanjutan karena karbonnya yang tinggi. Energi fosil ini tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan karena mengeluarkan CO2. Fluktuasi harga minyak dunia membuat energi fosil semakin tidak menguntungkan bagi Indonesia dalam jangka panjang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline