Lihat ke Halaman Asli

Terkadang Melukai Itu Diharuskan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pagi itu seperti biasa aku duduk diteras rumah. entah mengapa aku teringat akan sahabatku yang meninggal beberapa tahun silam karena terserang penyakit. ingatanku tiba - tiba saja hinggap diwaktu ketika aku dan dia masih bersama di masa silam. betapa bahagianya dulu. ah andai dia masih disini, aku tak akan sesepi ini, fikirku.

bulir air mata pun meluncur menuruni pipiku..

kakak ku menghampiriku, buru - buru kuhapus air mata ini. tapi terlambat, dia lebih dulu melihat air mataku. dia pun bertanya, 'apa yang membuat kau menangis dipagi hari yang cerah ini?'

'kak, ingatakah kamu pada sahabatku yang pergi beberapa tahun lalu?' tanyaku kembali padanya.

kakak ku menganggukkan kepalanya. 'lalu mengapa kamu menangis?'

'tidakkah kakak berfikir begitu jahatnya tuhan padaku?' tanyaku lagi. 'tuhan memberiku sahabat yang begitu baik, dan membuatku nyaman dengan kehadirannya. tapi lantas, tuhan mengambil dia kembali, membiarkan dia pergi tinggalkan aku. begitu teganya tuhan padaku, lihatlah aku diangkatnya tinggi - tinggi, lalu akupun dihempaskannya begitu saja....'

kakak ku berkata dengan bijak, 'kepergian seseorang bukan untuk disesali dan ditangisi, dan tidak ada yang bisa disalahkan disini, semua telah ada dijalan takdir, melintas sesuai lintasannya. dan yang harus kamu ingat, tuhan selalu tau mana yang terbaik untuk umatnya. coba dengarkan ceritaku ini...'

lalu kakak ku pun bercerita tentang seorang pelukis.....

suatu hari seorang pelukis sedang asik melukis sebuah pemandangan. untuk lebih mengkhayati lukisannya, diapun memutuskan untuk melukis di lantai paling atas sebuah gedung. berjam jam waktunya dihabiskan untuk hobinya itu.  tak peduli perutnya yang harus diisi, atau setetes air yang seharusnya mengaliri kerongkongannya itu. dia terlihat sangat asik sekali saat itu. ya melukis memang telah menjadi kehidupannya. tidak ada yang bisa mengusik dunianya itu.

setelah memakan waktu yang lama, setelah puas menyapukan kuasnya menari dan bermain dengan warna diatas kanvas, lukisannya pun selesai. indah. kanvas yang awalnya hanya berwarna putih, berubah seketika menjadi berwarna seakan dihujani warna pelangi.

tak puas si pelukis melihat lukisannya itu dari jarak dekat. dia mencoba melihat keindahan lukisannya itu dari jauh. perlahan ia mundur satu demu satu langkah. belum puas juga, ia berjalan mundur lagi. sampai akhirnya dia hampir tiba dipenghujung gedung itu, jika ia bergerak mundur selangkah lagi dia pasti akan jatuh ke bawah. tapi pelukis itu tidak sadar dimana ia berpijak saat itu, saking inginnya dia melihat kesempurnaan lukisan barunya itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline