Lihat ke Halaman Asli

★彡 𝐅𝐞𝐲 𝐃𝐨𝐰𝐧 彡★

TERVERIFIKASI

Anti Scam Activist - Pemerhati - Penulis - IG @feydownwsc_official

Daripada Meminjamkan Uang, Lebih Baik Berikan Saja Semampu Kita

Diperbarui: 7 Agustus 2020   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pedarioblog.wordpress.com/2018/04/08/adab-utang-piutang-dalam-islam/

Meminjamkan uang  dan meminjam uang adalah hal yang sangat saya hindari selama 12 tahun belakangan. Jika ada yang mau pinjam lebih baik saya berikan saja sesuai kemampuan saya. Dengan demikian yang berhutang tak ada beban dan sayapun tak lagi mikirin bagaimana menagihnya. 

Hutang Kartu Kredit :

Jaman dulu saat di Indonesia, hutang saya adalah kartu kredit. Rasanya pada waktu itu kalau di dompet banyak kartu kredit dianggap keren. Walau saya cuma punya dua tapi sayapun ikutan bangga.  Sampai lupa mikir bayarnya yang penting gesek! Seiring berjalannya waktu, ibu saya almarhum yang saat itu masih ada cerita begini, " Heran banget sama orang orang yang ke super market, belanja segambreng bayarnya pakai kartu kredit. Itukan sama saja hutang. Masa sih buat kebutuhan sehari hari saja hutang. Mending mami dong bayar cash tak pernah hutang." Jleb...kata kata ibu saya bikin saya sadar. Sebenarnya sih tidak salah punya kartu kredit asal bijaksana menggunakannya. Kalau saya memang konsumtif waktu itu maka lebih baik tak usah punya. Setelah saya melunasi hutang hutang saya, kini lebih nyaman pakai kartu debet. 

Setelah pindah ke Australia, disini ada yang namanya Layby yaitu cara membeli sebuah barang dengan bayar mencicil  dimuka tanpa bunga. Setelah lunas barulah barang kita terima. Saya belum pernah memanfaatkan Layby  karena saya pribadi kalau ingin membeli sesuatu  lebih baik menabung saja. Aman dan nyaman. 

Pengalaman minjamin :

Hutangin Pulsa :

Seorang teman minta tolong isiin pulsa Rp 100.000  katanya sangat sibuk tak bisa kemana mana.  Sambil telpon tanya rekening saya tapi saya jawab balikin saja pakai pulsa. Setelah itu setiap ditanyain jawabnya sorry lagi sibuk nih. Jangan khawatir lah cuma 100 ribu tak akan saya bawa kabur. Bukan soal nilai uangnya tapi hutang adalah hutang, janji harus ditepati. Galakan yang ditagih dari pada yang nagih.  Tak lama dia tak bisa lagi dihubungi semua diblok.

Hutangin Teman Kerja : 

Jaman kerja di United Arab Emirates, ada teman kerja namanya A, sudah menikah dan anaknya 4 masih kecil kecil. Dia bukan orang Indonesia. Suatu hari dia ke ruangan kerja saya dan curhat kalau anaknya yang bungsu sedang sakit dan butuh uang. Saya tak tega dengar anak kecil sakit maka saya pinjamkan, kalau di rupiahkan kurang lebih Rp 800.000 ( th 2007). Pesannya " Tolong jangan bilang siapa siapa ya kalau saya minjam uang kamu. Saya malu nih sebenarnya pinjam sama kamu."  

Dia berjanji akan mengembalikan saat gajian bulan depan. Ternyata setiap akhir bulan ada saja alasannya tapi dia bilang maaf belum bisa bayar, saya ada kebutuhan. Bulan demi bulan berlalu lama lama dia pura pura lupa. Tanpa sengaja salah seorang teman kerja yang lain lagi kesal dan mengeluh soal A. Katanya sudah beberapa bulan pinjam uangnya belum dikembalikan. Datang lagi teman yang lain sama juga dipinjamin. Saya diam saja tak mau cerita apa apa. Cukup tahu saja. Belakangan setelah dia mengundurkan diri, ketahuan kalau dia minjam uang pada hampir semua kawan kawan di kantor itu bahkan pada manager juga. Salah satu dari mereka bilang " Saat minjam, dia bilang jangan ngomong sama yang lain." yang lain bilang sama dong. Akhirnya mereka  tertawa geli karena merasa jadi korban yang sama. Sejak itu saya tak ingin memikirkan lagi, sudah saya ikhlaskan. 

Dua pengalaman di atas membuat saya belajar ikhlas dan tidak mau lagi meminjamkan uang. Lebih baik saya berikan semampu saya tanpa harus memikirkan cara menagih. Aman dan damai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline