Baru kali ini saya nahan airmata membaca artikel pak Tjipta yang berjudul " Ternyata artikel makan semeja dengan RI1 telah melukai orang banyak"
Dalam tulisan itu tersirat kesedihan yang mendalam, bukan kesal pada yang protes tapi lebih pada diri sendiri. Padahal tak ada yang salah dengan artikel pak Tjip. Andai saya ikut hadir pada hari itu, sayapun akan menulis artikel tentang pengalaman makan bareng Pak Presiden dengan suka cita.
My brother yang satu ini perasaannya sangat sensitif, koq mirip mirip kayak saya ya? Misalnya ada orang yang protes atau ngomong apapun yang negative tentang saya, yang pertama saya tunjuk adalah diri sendiri, berusaha mencari apa salah saya, bukan menyalahkan orang lain. Bedanya Pak Tjipta lebih sabar, tak pernah marah dan sangat bijaksana. Saya sih masih suka melawan kalau diri ini benar tapi tentu dengan cara santun.
Saya tak pernah tahu pak Tjipta seorang Master Reikhi kalau bukan teman teman di Perth yang kasih tahu saat mereka makan siang di rumah beliau. Masih ada lagi cerita2 positif tentang pak Tjip yang saya dengar tapi beliau sendiri ngga pernah ngomong. Menurut pendapat saya, tingkat keimanan dan pengenalan diri seseorang seperti pak Tjipta ini dalam agama Islam disebut ma'rifatullah.
Teringat komentar komentar orang tentang tulisan pak Tjipta, saat cerita kisah hidupnya yang begiti menderita, ada yang bilang " Ah artikelnya standard aja" maksudnya biasa aja gitu. Jelas tak ada yang dia rasakan karena membacanya pakai mata, bukan pakai hati. Saat itu saya yang geregetan, langsung balas aja tuh komentar. Pak Tjipta sering cerita jalan jalan keluar negeri , padahal maksudnya ingin menunjukan pada kita bahwa dengan doa dan usaha, hidup kita pasti bisa berubah. Dari tak punya apa apa sampai bisa keliling dunia tanpa melupakan sedikitpun orang orang yang pernah berjasa pada beliau. Namun lagi lagi ada saja komentar ngga enak.Semua diterima pak Tjip dengan lapang dada dan senyum tulus.
Dalam menulis sebuah artikel, memang kita tak bisa menyenangkan semua orang. Kalau apa kata orang harus diturutin terus ya kita ngga bisa jadi diri sendiri dong. Kalau saya tak suka pada tulisan orang, saya tak akan komentar apapun tapi lewatin aja dari pada nambah dosa. Menurut pendapat saya, yang terpenting tulisan kita bermanfaat bagi orang banyak dan artikel2 pak Tjipta termasuk didalamnya.
Untuk pak Tjipta, tetap semangat dan terus menulis ya pak....one day one article..God bless you.
Catatan :
Tulisan ini sebagai ungkapan hati setelah membaca artikel pak Tjipt yang bikin saya sedih.
Ternyata Artikel "Makan Semeja dengan RI 1" Telah Melukai Orang Banyak